Senin 21 Sep 2015 20:20 WIB

Duh, Indonesia Jadi Favorit Kejahatan Siber di ASEAN

Rep: c18/ Red: Dwi Murdaningsih
Cyber crime (ilustrasi)
Foto: theinquirer.net
Cyber crime (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infrastruktur di Indonesia masih rentan untuk mampu bertahan dari serangan siber. Hal ini sebagai mana diungkapkan Senior Industry Analyst Cyber Security Practice Frost and Sullivan (sebuah lembaga riset dan konsultasi), Charles Lim.

"Infrastruktur di Indonesia masih belum siap. Sekitar satu dari empat industri di Indonesia rentan terhadap serangan siber," kata Charles Lim saat memberikan dialog keamanan serangan siber di Indonesia, Senin (21/9) di Jakarta.

Industri perbankan, jelas Charles, merupakan sasaran utama para pelaku kejahatan di dunia maya tersebut. Katanya, pelaku kerap mencuri identitas nasabah untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Charles mengatakan pemerintah Indonesia seharusnya lebih waspada terkait kejahatan siber ini, terlebih dalam infrastruktur yang dinlai kritis. Lanjutnya, pemerintah jangan menunggu peristiwa untuk bertindak baru melancarkan aksi.

"Seperti energi trasnportasi atau instalasi air bersih. Itu harus menjadi prioritas utama untuk dipertahankan dari serangan peretas," katanya.

Berdasarkan data yang dihimpun Frost and Sullivan, Indonesia menjadi negara favorit Asia Tenggara kedua yang kerap menjadi korban kejahatan siber. Data tersebut menyebutkan sekitar 50.000 serangan diluncurkan para pelaku kejahatan setiap harinya.

"Indonesia hanya kalah dari Vietnam diurutan pertama dalam menjadi korban kehajatan siber," kata Charles.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement