Sabtu 19 Sep 2015 10:12 WIB

BATAN-IAEA Tanda Tangani Aplikasi Teknologi Nuklir Damai

Kantor Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria. (ilustrasi)
Foto: EPA/Roland Schlager
Kantor Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot S. Wisnubroto, bersama dengan Deputy Director General Technical Cooperation (DDG-TC) dari International Atomic Energy Agency (IAEA), Dazhu Yang, menandatangani dokumen untuk aplikasi teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Dokumen yang disebut Country Program Framework (CPF) Indonesia untuk periode 2016-2020 itu merupakan kerangka kerja sama Indonesia dengan IAEA yang akan digunakan sebagai acuan dalam menyusun program dan rencana kegiatan IAEA Technical Coperation Projects untuk Indonesia.

Minister Counsellor KBRI/PTRI Wina, Dody Kusumonegoro mengatakan penyusunan CPF mengacu kepada program dan prioritas pembangunan nasional periode 2016-2020 yang mengakomodasi elemen Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam dokumen CPF ditetapkan tujuh area utama kerja sama yakni pangan dan agrikultur, kesehatan, energi, air dan lingkungan, industri pertambangan bijih timah radioaktif dan keamanan radiasi serta keselamatan dan keamanan nuklir.

Dalam sambutannya, DDG TC IAEA, Dazhu Yang, menyampaikan penghargaannya atas kontribusi dan partisipasi aktif Indonesia dalam berbagai program kerja sama teknik IAEA. Hasil kerja sama dengan Indonesia itu tidak hanya bermanfaat bagi end-users di Indonesia, tapi juga menjadi acuan best-practices bagi negara berkembang lainnya. Dalam berbagai kesempatan, Technical Cooperation (TC) IAEA meminta Indonesia berbagi pengalaman dan alih teknologi ke negara berkembang lainnya di kawasan Asia dan Afrika.

Sementara itu, Kepala BATAN, Djarot S. Wisnubroto mengatakan kerja sama tersebut memberikan hasil konkret dan berdampak positif dalam berbagai bidang pembangunan. Indonesia akan melakukan penguatan kerja sama yang ada, termasuk memberikan bantuan teknik bagi negara berkembang lainnya dalam payung kerja sama Selatan-Selatan melalui triangular mechanism dengan IAEA.

Kepala BATAN juga menyerahkan dokumen Nuclear Energy System Assessment (NESA), hasil kajian komprehensif program pengembangan energi nuklir, termasuk aspek daur bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Kajian NESA dilakukan Indonesia dengan bantuan teknis IAEA melalui program IAEA INPRO, konsorsium kerja sama melibatkan 36 negara anggota IAEA dalam pengembangan dan inovasi teknologi PLTN.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement