REPUBLIKA.CO.ID,KUTAI KARTANEGARA -- Sejumlah perusahaan asal Jepang, tertarik bergabung dalam konsorsium pembangunan Smart City atau Kota Pintar di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kepala Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah (BPMPD) Kutai Kartanegara, Bambang Arwanto saat dihubungi di Tenggarong, Selasa mengatakan, Smart City saat ini masih dalam tahap pengkajian pembangunan oleh PT AECOM, salah satu perusahaan perencanan kota asal Amerika.
"Namun demikian beberapa perusahan besar asal Jepang telah menyatakan kesediannya bergabung dalam konsorsium pembangunan Kota Pintar tersebut," katanya.
Perusahaan Jepang yang mengatakan siap bergabung yakni, Sumitomo Mitzui, Panasonic, Hitachi, Mithsubhisi, IHI serta beberapa group dari Cina, termasuk beberapa perusahaan pengembang besar dalam negeri telah menyatakan minatnya.
Keseriusan beberapa perusahaan besar di Jepang dengan keberadaan proyek "Smart City" Kutai Kartanegara itu ditunjukkan dengan diundangnya delegasi daerah itu untuk datang ke Jepang oleh Hitachi pada 31 Agustus hingga 4 September 2015.
Perjalanan fasilitasi investasi itu dipimpin Bambang Arwanto, diikuti Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Marli, Sekretaris BPMPD Bahaudin, staf BPMPD Netty Herawati bersama KADIN Indonesia, serta Akademisi dari UGM AG Subarsono Phd.
"Kami diundang untuk melihat Kota Pintar yang dibangun oleh Hitachi di Tokyo dengan mengembangkan konsep Triple Helix yaitu Kashiwa Noha," kata Bambang Arwanto.
Dalam kunjungan empat hari tersebut menurut Bambang Arwanto, delegasi bertemu dengan beberapa perusahaan swasta Jepang antara lain, Panasonic, Hitachi, Sumitomo Forestry, Mitshubishi Corporation, IHI dan Ithocu, untuk menjajaki kerjasama pembangunan Smart City di Kutai Kartanegara.
Saat berada di Kashiwa Noha di Chiba Prepecture Tokyo, Kota Cerdas yang dibangun oleh Hitachi, delegasi Kutai Kartanegara diperlihatkan pengembangan inovasi triple helix Kota Cerdas yang tumbuh sangat progresif, dengan masa kontstruksi sampai 2030, dimana kota Kashiwa Noha tumbuh menjadi perumahan, perkantoran, retail, hotel, industri serta cabang University of Tokyo.
"Menurut General Manegar dari project Smart City Kashiwa Noha Akihiko Tobe, mereka juga membangun kereta api cepat Tsukuba Express dengan teknologi Hitachi untuk menghubungkan dari dan ke Kashiwa Noha," ujar Bambang Arwanto.
Tata kota diatur dengan teknologi 'single window', untuk pemanfaatan energi matahari serta penggunaan air dan selalu disediakan tempat untuk diskusi antar akademis, pemerintahan dan bisnis dalam suatu laboratorium untuk menghasilkan inovasi bagi warga Kashiwa Noha.
"Di sini semua kantin dan rumah makan menanam sayuran secara 'indoor' dalam ruang kaca dan tidak mengunakan media tanah lagi," ungkap Bambang Arwanto.
Selain bertemu dengan beberapa perusahaan swasta Jepang, delegasi Kutai Kartanegara juga diterima oleh Minister Counsellor Ekonomi KBRI Tokyo Bambang Suharto, Atase Pertanian Dadeng Gunanwan, Atase kehutanan Maidiwardi dan wakil BKPM Indonesian Investment Promotion Centre (IIPC) Tokyo, Raharjo Siswohartono.
Ia menyebutkan, pihak KBRI Tokyo memberikan dukungan penuh terhadap kerjasama dengan Jepang untuk investasi "Smart City" Kutai Kartanegara, terutama karena Jepang selama ini investasinya hanya di Pulau Jawa.
Dengan adanya proyek "Smart City" tersebut, mendorong pihak Jepang untuk berinvestasi di luar pulau Jawa.
Terkait "Smart City" KBRI Tokyo telah melakukan beberapa kerja sama dengan Ministry of Trade and Industry (METI) Jepang dan kementrian Lingkungan Jepang melalui program "Joint Crediting Mechanism".
"Beberapa perusahaan besar tersebut menunjukan minatnya untuk terlibat dan menjajaki kerjasama Smart City dan akan berkunjung ke Kukar untuk melalukan beberapa study,? ujar Bambang.