REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Go-jek Nadiem Makarim mengatakan animo masyarakat untuk ikut bergabung dengan layanan jasa antar roda dua yang dikembangkannya saat ini ternyata sangat besar. Ia bahkan menyatakan, setiap harinya, sekitar 200 orang antre ingin ikut bergabung menjadi 'pengojek' bersama Go-jek.
Go-jek, yang tidak hanya menyediakan jasa antara manusia namun juga barang ini, saat ini sudah memiliki 10.000 pengendara di wilayah Jabodetabek.
"Potensi ojek sebenarnya tidak terbendung. Karena itu kami memberikan kesempatan bagi para ojek untuk tidak hanya sekadar mengantar orang, melainkan juga mampu untuk membeli makanan, membeli belanjaan, atau mengantar barang layaknya kurir," papar Nadiem di Jakarta, Selasa (30/6).
Meski begitu, Nadiem mengklaim bahwa layanan Go-jek tidak berniat untuk mengambil sasaran pasar dari perusahaan pengantar barang yang lebih dulu ada.
Dia mengatakan, Go-jek memiliki layanan yang berbeda, misalnya pengendara hanya bisa melayani antar barang yang tidak melebihi 30 menit. "Namun untuk saat ini, layanan Go-jek yang paling banyak digunakan yaitu untuk transportasi umum," ujarnya lagi.
Dirinya juga menegaskan bahwa Go-jek bukanlah layanan yang bisa dipesan secara langsung di jalan laiknya ojek pada umumnya. Go-jek ialah layanan melalui aplikasi di perangkat Android maupun iOS yang hanya bisa dipesan secara online.
Di aplikasi tersebut akan tertera nama serta foto si pengendara. Penumpang yang menggunakan jasa Go-jek pun dipersilahkan memberi rating untuk pengendara dari kisaran 1-5.
"Rating tersebut akan menentukan apakah si pengendara perlu ditraining kembali atau justru dikeluarkan," tambah Nadiem.