REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur eksekutif perusahaan media sosial ternama Twitter, Dick Costolo resmi mengundurkan diri, Jumat (12/6). Ia merasa gagal karena tidak mampu memenuhi keinginan para investor.
Costolo memulai karir menjadi direktur di Twitter pada September 2009 dan menjadi direktur eksekutif pada Oktober 2010. Menurutnya, ia memutuskan mundur sekarang karena ia akan merasa jadi beban jika terus melanjutkan. "Ini tidak membantu perusahaan," katanya.
Pengunduran diri Costolo disinyalir karena ia tidak mampu menarik pengguna baru di Twitter, termasuk mempertahankan pengguna lama. Investor menilai Twitter tidak memiliki inovasi dan tertinggal dibanding media sosial lainnya.
Debut Twitter di New York Stock Exchange pada 2013 menunjukan tidak tercapainya target penambahan pengguna yang ditentukan investor. Pada April, perusahaan tidak mencapai perkiraan Wall Street untuk pertumbuhan pendapatan dan malah membukukan kerugian bersih sebesar 162 juta dolar AS.
Sejak saat itu, harga saham Twitter turun hampir 30 persen. Saat ini harganya lebih rendah dari tahun 2013. Para analis pesimis Twitter bisa kembali berkembang.
Konsultan penelitian eMarketer memperkirakan basis pengguna Twitter per bulannya hanya tumbuh 14,1 persen untuk tahun ini. Melemah dari 30 persen pada dua tahun lalu. Pada 2019, eMarketer mengatakan angka pertumbuhan pengguna Twitter hanya akan mencapai enam persen di seluruh dunia.
Jack Dorsey, yang merupakan salah satu pendiri jejaring sosial ini akan menggatikan posisi Costolo sejak 1 Juli hingga perusahaan menemukan direktur baru.
Sebagai dirut sementara, Dorsey diharap tidak memperburuk suasana. Dikutip BBC, ia mengatakan tim akan fokus mencari pengganti Costolo. Menurutnya, kandidat bisa berasal dari luar mau pun dalam perusahaan.
"Satu yang pasti, ia harus seorang pengguna Twitter. Dan yang terpenting ia harus benar-benar menggunakan dan mencintai produk ini di setiap saat," kata Dorsey.
Analis dari badan penelitian Forrester, Nate Elliot mengatakan kabar kemunduran Costolo tidak terlalu mengejutkan. Menurutnya, Twitter tidak pernah memberi alasan penggunanya untuk mau kembali.
"Sementara sosial media lain memperkenalkan fitur-fitur baru dan berfungsi selama beberapa tahun, Twitter diam di tempat," kata Elliot. Kemunduran ini, tambahnya, membuat investor memperkirakan Twitter akan menjadi Facebook selanjutnya.