REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ilmuwan komputer dunia sedang mengembangkan perangkat lunak atau software khusus untuk mendeteksi serangan algoritmik. Serangan algoritmik merupakan serangan hacker yang muncul semakin canggih di masa mendatang. Generasi berikutnya akan berhadapan dengan serangan cyber lebih sulit dideteksi dan bisa menyebabkan kerusakan tak terhitung pada sistem komputer suatu negara.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengalokasikan anggaran sebesar tiga juta dolar AS untuk tim ilmuwan dari University of Utah dan University of California, Irvine. Mereka ditugaskan untuk mengembangkan perangkat lunak baru yang mempu mendeteksi serangan cyber yang hampir mustahil bisa dideteksi oleh teknologi saat ini.
"Militer melihat lebih jauh apa yang akan terjadi terkait keamanan cyber, dan mereka sepertinya melihat ancaman itu adalah serangan algoritmik" kata Profesor Ilmu Komputer di University of Utah, Matt Might, dilansir dari Science Daily, Senin (20/4).
Biasanya, kata Might, kerentanan perangkat lunak sekarang bergantung pada kesalahan programmer ketika mereka membuat program, dan hacker akan mengeksploitasi kesalahan itu. Sebagai contoh, perangkat lunak akan menerima masukan pemograman yang dibuat hacker dan menggunakannya tanpa otomatis memvalidasi terlebih dahulu. Itu bisa mengakibatkan seseorang memberikan akses hacker masuk ke komputernya yang akhirnya menyebabkan dirinya secara tak sadar membocorkan informasi.
Serangan algoritmik tidak perlu mencari kerentanan dengan cara konvensional seperti itu. Mereka cukup diam-diam memantau bagaimana sebuah algoritma berjalan atau melacak berapa banyak energi yang digunakan komputer ketika sedang menggunakan sebuah informasi. Para hacker kemudian tinggal mengumpulkan data rahasia dari proses yang dilakukan komputer.
Serangan algoritmik juga bisa menonaktifkan komputer dengan memaksanya menggunakan terlalu banyak memori atau mengendalikan unit pengolahan pusat dari si komputer untuk bekerja terlalu keras. Wakil tim peneliti, Suresh Venkatasubramanian menambahkan bahwa serangan algoritmik sangat licik sebab mengeksploitasi kelemahan. Mereka memanfaatkan sumber daya seperti waktu dan ruang yang digunakan dalam algoritma tertentu.
Kebanyakan hacker saat ini, kata Venkatasubramanian, masih belum menggunakan serangan algoritmik sebab mahal, sangat kompleks, dan menyita banyak waktu. Jadi, hacker mengambil cara lebih mudah, yaitu mengeksploitasi kerentangan yang ada saat ini. Tim peneliti akan mengembangkan perangkat lunak yang bisa melakukan audit program komputer untuk mendeteksi kerentanan algoritmik atau hot spot di dalam kode-kode. Analisa ini akan melakukan simulasi matematis dari perangkat lunak untuk memprediksi serangan seperti apa yang akan terjadi.
"Anggap saja seperti spellcheck, namun untuk cyber security," katanya.