Kamis 16 Apr 2015 13:46 WIB

Peretas Bisa Sabotase Pesawat Melalui Sistem Hiburan

Peraturan sekarang menghendaki adanya dua orang untuk tetap berada di kokpit sepanjang penerbangan.
Foto: AFP
Peraturan sekarang menghendaki adanya dua orang untuk tetap berada di kokpit sepanjang penerbangan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah AS mengingatkan, peretas bisa membobol sistem hiburan atau entertainment dalam pesawat untuk secara fatal menyabotase sistem elektronik kokpit pada generasi baru pesawat yang terhubung dengan Internet.

Pernyataan ini muncul beberapa minggu setelah seorang kopilot menabrakkan pesawat A320 Germanwings ke Pegunungan Alpen di Prancis yang menewaskan semua dari 150 orang di dalamnya. Isu ini juga memunculkan ide bahwa suatu hari nanti pesawat 100 persen mesti dikendalikan secara otomatis.

Keamanan siber selama penerbangan menjadi isu yang semakin penting yang mulai dicermati Badan Penerbangan Amerika Serikat (FAA), kata FAA kepada Kongres AS.

"Teknologi komunikasi modern, termasuk konektivitas IP, semakin digunakan dalam sistem pesawat sehingga memunculkan kemungkinan orang-orang tak bertanggung jawab bisa mengakses dan membobol sistem avionik pesawat," kata Lembaga Akuntabilitas Pemerintah (GAO) dalam laporannya.

Di masa lalu, elektronik yang digunakan untuk mengendalikan dan menavigasi pesawat yang disebut avionik itu bekerja secara otonom, kata GAO.

"Namun, menurut FAA dan para pakar yang berbicara dengan kami, jejaring IP telah memungkinkan penyerang mendapatkan akses jarak jauh kepada sistem avionik dan membobolnya," kata GAO.

Secara teoritis, firewall seharusnya mampu melindungi avionik dari disusupi pengguna sistem kabin, seperti penumpang yang menggunakan sistem entertainment dalam pesawat.

Namun empat pakar keamanan siber berkata kepada GAO bahwa firewall yang terdiri dari komponen-komponen software, bisa diretas dan dibobol seperti menimpai software-software lainnya.

FAA, otoritas penerbangan AS, mesti mengembangkan aturan demi menjamin keamanan siber untuk bagian avionik dari proses sertifikasi pesawat baru.  Para pejabat FAA berkata kepada GAO bahwa keamanan siber menjadi semakin penting dan seharusnya dicakup dalam sertifikasi pesawat itu.

Tak terbukti

Gerald Dillingham, penulis laporan GAO, mengatakan masalah-masalah itu secara khusus mempengaruhi generasi baru pesawat terkoneksi Internet yang di dalamnya termasuk Boeing 787 Dreamliner dan Airbus A350.

Sampai kini, kata dia kepada AFP, tak ada petunjuk apa pun bahwa ada "aktor jahat" yang berhasil menanam virus atau malware ke dalam sistem avionik.

"Kami tidak punya bukti bahwa hal ini telah terjadi dan kami berharap masalah yang semakin menarik perhatian itu kecil kemungkinan bisa terjadi," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement