REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Sebanyak 55 desa di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, hingga kini belum terjangkau layanan telekomunikasi karena letaknya sangat jauh. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kotim, Burhanudin di Sampit, mengatakan layanan menara telekomunikasi di Kotim saat ini baru 6.178 kilometer persegi. Jika dibanding dengan luas wilayah Kotim 16.796 kilometer persegi meliputi 17 kecamatan, maka cakupan layanan menara telekomunikasi baru sebesar 37,45 persen.
Dari 168 desa dan 17 kelurahan yang ada di Kotim, jumlah desa yang terlayani jaringan selular sebanyak 113 desa dan 17 kelurahan. Artinya, desa yang masuk zona blank spot atau tanpa jaringan selular sebanyak 55 desa. Saat ini ada tiga provider operator selular yang beroperasi di Kotim. Pemerintah daerah mendorong agar operator selular berperan dalam membuka keterisolasian masyarakat di pedalaman, termasuk dalam hal sarana telekomunikasi.
"Dari 14 indikator yang menjadi penilaian dalam penetapan status desa tertinggal dan maju. Saat ini yang masih kita cari solusinya adalah jaringan telekomunikasi, karena di desa-desa itu sangat sulit, sementara operator selular belum ada yang membangun menara di sana. Makanya kalau ada, kita akan bantu mereka semaksimal mungkin," kata Burhanudin, Ahad (8/3).
Adi, seorang pegawai kontrak di Kecamatan Telaga Antang, mengakui susahnya berkomunikasi di pelosok. Saat hendak berkomunikasi, dia harus turun ke desa yang sudah terjangkau sinyal selular atau harus naik ke atas bukit agar bisa mendapat sinyal selular. Dia berharap ada operator selular yang punya kepedulian dengan membangun menara selular hingga ke pedalaman. Dari sisi bisnis, mungkin belum menguntungkan, namun dari sisi lain sudah jelas bahwa perusahaan juga punya kewajiban tanggung jawab sosial membantu masyarakat.