REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO— Menjawab pasar yang berkembang di Cina untuk perangkat smartphone murah yang seringkali dihargai di bawah 100 dolar, Intel mengumumkan rencananya untuk chip tersebut yang diberi nama kode Sofia, di akhir 2013 dalam sebuah pertemuan dengan para investor.
“Pembahasan bergeser dari PowerPoint ke pengiriman dalam 15 bulan,” kata Aicha Evans, General Manager Intel untuk Platform Engineering Group.
Seperti halnya untuk smartphone, chip Sofia mengisi celah bagi chip untuk tablet yang dibuat oleh Intel. Lebih dari 20 produsen berencana membuat perangkat menggunakan Sofia, dan banyak di antaranya memamerkannya di acara Kongres Mobile Dunia di Barcelona, Spanyol, kata Evans.
Setelah tertinggal di chip untuk perangkat mobile, Intel yang bergegas mengejar ketinggalannya dari Qualcomm Inc dan MediaTek Inc. Qualcomm asal Taiwan, mengatakan pada hari Senin (2/3) akan mulai menguji chip tingkat tinggi terbarunya, Snapdragon 820, bersama para produsen di akhir tahun 2015.
Dengan strategi berbiaya tinggi yang menempatkan Intel di posisi kedua di pangsa pasar chip tablet, tahun lalu Intel membayar sebagian biaya pengembangan tablet murah dengan menggunakan chip lainnya, Bay Trail, kepada para produsen, yang awalnya didesain untuk perangkat yang lebih mahal.
Intel menolak menyebutkan berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat produsen tablet menggunakan chip Bay Trail, tapi unit mobile mengalami kerugian 4,2 milyar dolar tahun lalu, lebih buruk dari kerugian sebesar 3,1 milyar dolar yang mereka tanggung pada tahun 2013.
Intel yakin chip Sofia yang baru ini ideal untuk pasar smartphone murah yang sedang berkembang dengan pesat di Asia dan mengatakan perusahaan tersebut tidak berencana menggunakan subsidi yang mahal untuk menjual chip tersebut tahun ini.
Chip Sofia yang baru-baru ini dikirim memiliki fitur 3G untuk pasar ponsel murah, dan versi 4G untuk smartphone yang lebih mahal yang akan diluncurkan tahun ini, tambah perusahaan tersebut.