REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren merger sejumlah situs jual beli online di Indonesia dengan perusahaan milik asing tak lantas bikin situs komunitas Kaskus latah. Pendiri Kaskus Andrew Darwis mengaku, hingga saat ini tetap ingin menjadikan situs di bawah perusahaan PT Darta Media Indonesia tersebut sepenuhnya milik lokal.
Andrew tidak menampik, situs yang memiliki lebih dari delapan juta anggota terdaftar ini, sering ditawar investor asing. Namun ia menolaknya. "Dari 2008-2009 memang banyak tawaran dari asing. Karena mereka melihat industri internet di Indonesia sangat growing," tutur Andrew usai peluncuran logo dan fitur baru Kaskus, Kamis, (26/02).
Menurut Andrew, Kaskus saat ini belum membutuhkan dana yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah. "Kita hanya berpikir Kaskus 100 persen milik lokal. Jangan jadi milik asing," sambung dia.
Meski begitu, pria yang menjabat Chief Community Officer Kaskus ini tak menampik mencari investor lokal dalam bisnis startup di tanah air bukan hal gampang. Faktor kepercayaan sering menjadi kendalanya. "Investor lokal tuh tidak begitu percaya dengan industri internet di Indonesia," lanjut pria kelahiran Jakarta, 20 Juli 1979 ini.
Kaskus, berasal dari kata kasak kusuk, didirikan pada 1999 oleh tiga mahasiswa Indonesia yang kuliah di Seattle, Amerika Serikat. Pada 2008, Andrew dan Ken mulai mengelola Kaskus secara serius. Pada 2011, Kaskus mendapat investasi besar dari Global Digital Prima (GDP), yang merupakan anak perusahaan Djarum.