Sabtu 21 Feb 2015 18:00 WIB

Google, Facebook, Twitter Diajak Lawan Terorisme

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Dwi Murdaningsih
Kicauan Jacques Renaud di Twitter yang menghina umat Islam.
Foto: www.dailymail.co.uk
Kicauan Jacques Renaud di Twitter yang menghina umat Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Dalam upaya memberangus materi propaganda, Prancis ajak kerjasama Google, Facebook dan Twitter, Jumat (20/2). Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve telah meminta Google, Facebook dan Twitter untuk bekerja secara langsung dengan pemerintah dalam investigasi terorisme.

Mereka ingin perusahaan media dunia maya itu untuk segera menghapus materi propaganda teroris. Termasuk di waktu-waktu lain kapan pun pemerintah memintanya. 

''Kami tidak ingin melakukan koneksi antar pemerintah lagi, itu memakan waktu lama,'' kata Cazeneuve setelah rapat dengan wakil dari tiga perusahaan tersebut. Menurutnya investigasi memerlukan hubungan penuh dan reaksi cepat.

Cazeneuve sengaja melakukan kunjungan satu hari ke Silicon Valley di San Francisco pasca serangan di Paris. 12 orang tewas dalam insiden penembakan di Charlie Hebdo dan supermarket kosher. Prancis saat ini sedang melakukan investigasi.

Perwakilan dari Twitter dan Facebook mengatakan mereka akan melakukan apa pun sesuai kemampuan untuk menghentikan materi berisi kekerasan. Namun mereka tidak mengonfirmasi permintaan Cazeneuve untuk bekerja sama secara langsung dengan pemerintah Prancis.

''Kami menyambut baik menteri dan pejabat pemerintahan lain dari seluruh dunia. Kami bekerja dengan agresif untuk memastikan tidak ada teroris atau kelompok teroris menggunakan situs kami,'' kata wakil dari Facebook. Ia juga setuju untuk menghapus konten mendukung teror.

''Saya beritahu mereka kita bisa menyelesaikan masalah teror bersama,'' kata Cazeneuve. Menurutnya, Prancis juga menghadapi teror material di internet berupa konten asusila anak-anak. 

Cazeneuve mengatakan pertemuan kali ini adalah awalan untuk membangun hubungan yang kuat antara perusahaan teknologi dengan pemerintah Prancis. Cazeneuve telah mengundang ketiga perusahaan ini ke Paris pada April untuk melanjutkan pembicaraan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement