REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mengoperasikan pompa air tanpa tenaga listrik atau bahan bakar menjadi sesuatu yang mungkin terwujud. Eco-pump adalah buktinya.
Hasil karya sekelompok mahasiswa dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB ini boleh jadi menjadi pompa air yang benar-benar ramah lingkungan.
Eco-pump dirancang untuk memenuhi ketersediaan air bersih yang semakin hari semakin langka. Anak-anak muda kreatif perancang Eco-pump ini adalah Muhamad Nafis Rahman, Hafiyyan, Naufal, Nopri Suryanto, Noor Hasan Nawawi, Aditya Nugraha, dan Adi Purnama Nurarifin. Berkat karya kreatifnya ini, mereka berhasil meraih Juara Favorit dalam Youth Technopreneur Bank Mandiri 2012 dan mereka berhak mendapatkan uang tunai senilai Rp 15 juta.
Ide pembuatan Eco-pump muncul saat melihat kondisi di wilayah perdesaan khususnya di Bogor yang sering kali langka akan air bersih terutama saat musim kemarau tiba. Menurut Nafis, di wilayah Bogor, ketersediaan air memang cukup melimpah, hanya saja untuk air bersih sudah mulai langka terutama pada musim kemarau. Kondisi inilah yang mendorong Nafis dan timnya berupaya merancang teknologi tepat guna yang sesuai dengan spesifikasi wilayah tersebut.
Menurut Nafis, teknologi pompa hasil kreasinya ini mengandalkan air yang mengalir atau air dinamis seperti air sungai sehingga air dapat dialirkan ke atas. Karena Eco-pump ini dirancang tanpa menggunakan bahan bakar minyak (BBM) maupun listrik. Maka hadirnya Eco-pump ini akan meringankan beban penduduk desa. Prospek penerapan teknologi ini untuk masyarakat sangat prospektif.
Nafis menyampaikan untuk membuat satu unit Eco-pump untuk memenuhi kebutuhan air satu RT, waktu yang dibutuhkan sekitar 1 minggu dengan biaya Rp 13-15 juta. Lebih uniknya, untuk komponen water filternya dirancang dengan menggunakan material dari alam yakni bebatuan, kerikil, pasir dan serabut kelapa. Kebutuhannya disesuaikan dengan tingkat kekeruhan air sungai dan tergantung debit air yang masuk. Misalnya untuk kebutuhan sekitar 300 liter air, biasanya dibutuhkan kerikil setinggi 15 cm.
Inovasi ini sudah diterapkan di daerah Situ Daun, Tenjolaya Kabupaten Bogor. “Hanya saja, akhir-akhir ini volume air di daerah Tenjolaya tidak stabil dan cenderung meningkat karena sering terjadi hujan sehingga jumlah air yang masuk membludak. Untuk itu kami sedang mengadakan penyempurnaan kerja alat, “ ujarnya dalam siaran persnya yang diterima Republika Online, Rabu (18/2).
Saat ini Nafis dan tim juga sedang menyiapkan rancangan teknologi ini untuk sebuah proyek pemasangan di sebuah perusahaan swasta di Kalimantan Barat. “Ke daerah-daerah lain, kami sedang melakukan proses penawaran, seperti yang sedang kami jajaki dengan Pemda Gunung Kidul. Tak hanya diburu di dalam negeri, teknologi ini sudah merambah manca negara. Nigata University (Jepang), Chiangmay University (Thailand) dan Universitas Putera Malaysia adalah tempat-tempat dimana teknologi Eco-pump ini dipresentasikan dan mendapat sambutan yang sangat baik.