Senin 09 Feb 2015 21:47 WIB

Peneliti Internasional di Melbourne Ungkap Cara Kerja Kulit Manusia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tim peneliti internasional dari Harvard University, AS, serta Monash dan Melbourne University, Australia, berhasil mengungkapkan bagaimana cara bekerja kulit manusia. Hal ini akan sangat membantu dalam mengatasi alergi, infeksi dan bahkan kanker.

Tim ini menggunakan fasilitas Australian Synchotron yang ada di Clayton, Melbourne, untuk merekam bagaimana kulit manusia bekerja dalam gambar beresolusi tinggi.

Menurut para peneliti, dengan mengetahui hal ini akan mengarah pada kemampuan memanipulasi sistem kekebalan manusia.

Peneliti Professor Dale Godfrey kepada ABC, Senin (9/2) menjelaskan, penelitian ini fokus pada cara kekebalan tubuh manusia mendeteksi lipid, yaitu molekul yang bisa mengindikasikan adanya infeksi. "Ini penemuan sangat penting dalam upaya kita memahami sistem kekebalan tubuh manusia," jelasnya.

Sel-sel kanker, bakteri, dan unsur-unsur alergi memiliki jenis-jenis lipid yang berbeda. Molekul di kulit mendeteksi lipid ini dan memperingatkan sistem kekebalan tubuh jika lipid tersebut membawa bahaya bagi tubuh.

Dengan menggunakan teknik yang disebut x-ray crystallography, para peneliti berhasil mengidentifikasi sejumlah lipid. "Kami berhasil merekam gambar resolusi tinggi, hingga ke tingkat molekul dan atom, bagaimana sistem kekebalan tubuh berinteraksi dengan lipid," jelas Prof Godfrey.

Dijelaskan, kemungkinan lipid ini bisa dipergunakan untuk membuat vaksin kanker yang lebih efektif atau vaksin untuk mengatasi alergi.

"Misalnya, jika kita ingin membuat vaksin bagi organisme penyebab infeksi atau kanker, kita bisa menyeleksi atau mendesain lipid yang bisa memperkuat kekebalan tubuh," tambahnya.

Professor Godfrey menjelaskan, selain berfungsi sebagai penghalang timbulnya infeksi, molekul pada pada kulit manusia juga bertugas sebagai "polisi patroli" bagi tubuh manusia.

"Pemain utama dalam sistem kekebalan tubuh kita disebut sebagai lymphocytes," jelasnya.

Ketika lipid atau protein berbahaya terdeteksi, maka lymphocytes itu akan mengaktifasi respon kekebalan tubuh.

"Ibaratnya, lymphocytes ini mengirimkan seluruh pasukan untuk membersihkan lipid yang berbahaya tersebut," tambah Professor Godfrey.

Hasil penelitian tim ini telah dimuat dalam Jurnal Nature Immunology edisi pekan ini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement