REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sekitar 19 ribu situs di Perancis dilaporkan telah diretas sejak insiden Charlie Hebdo, Rabu (7/1) lalu.
Menurut seorang pejabat pertahanan cyber Perancis, kemungkinan angka tersebut masih dapat bertambah. Kepala pertahanan cyber Prancis, Laksamana Arnaud Coustilliere, mengatakan bahwa hal ini merupakan serangan terbesar pertama di dunia yang dilakukan para hacker.
Ia menyatakan sejak kejadian Charlie Hebdo, peningkatan atas serangan hacker terus melonjak tajam.
Kata dia, sebagian besar situs yang diserang ialah situs-situs seperti situs pariwisata hingga situs-situs pertahanan militer yang telah mengakibatkan denial of service (DoS), yang membuat jaringan tidak dapat digunakan.
Arbor Networks, sebuah perusahaan swasta yang melacak ancaman keamanan cyber, mengatakan bahwa dalam hari terakhir pada Kamis (15/1) kemarin, sekitar 1.070 situs di Perancis telah diserang.
Jumlah ini belum pernah terjadi sebelumnya. "Serangan itu tidak dilakukan oleh individu-individu tertentu melainkan oleh kelompok-kelompok yang terstruktur," ujar Coustilliere.
AFP melaporkan bahwa kelompok "jihad cyber" yang berbasis di Mauritania dan Afrika Utara telah menyebabkan serangan terhadap lebih dari 1.000 website sejak insiden Charlie Hebdo pekan lalu.
Kelompok hacker ini memperingatkan bahwa akan terus meningkatkan serangannya terhadap sejumlah situs di Perancis.