Jumat 16 Jan 2015 15:31 WIB

Mahasiswa Ciptakan Pemantau Meteran Listrik Lewat SMS

Warga memeriksa meteran listrik, di Rumah Susun Tanah Tinggi, Jakarta, Senin (30/6).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Warga memeriksa meteran listrik, di Rumah Susun Tanah Tinggi, Jakarta, Senin (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) Universitas Khatolik Widya Mandala (WM) Surabaya, Fahmi Rahmadani menciptakan alat pantau dan kendali "KWH" (meteran/energi listrik) lewat "short message service" (SMS) pada telepon seluler (handphone/HP).

"Saya berasal dari Papua, di sana kalau mau bayar listrik harus berjalan jauh atau membayar di desa lain. Susah memantau berapa banyak yang terpakai dan sering kaget dengan mahalnya tagihan, karena itu saya ingin mencarikan solusi untuk memudahkan mereka," katanya di kampus setempat, Jumat (15/11).

Didampingi dosen pembimbing Andrew Joewono ST MT, ia menjelaskan saat kuliah di Jawa, dirinya justru melihat adanya sistem pembayaran listrik yang baik, bahkan sudah bisa bayar pakai token.

"Di Papua, saya melihat mulai banyak dibangun rumah susun. Banyak orang bertempat tinggal satu atap, tujuannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di Indonesia, karena mahal dan kurangnya lahan untuk membangun rumah," ucapnya.

Oleh karena itu, pemakaian konsumsi energi listrik pada rumah susun itu membutuhkan suatu sistem pengendalian dan pemantauan energi listrik secara terpusat.

"Alat yang saya buat itu dapat dilakukan dengan menggunakan fitur pesan singkat atau SMS pada HP, sehingga pengguna dapat mengetahui dan mengendalikan pemakaian energi listriknya," tuturnya.

Bahkan, pengguna juga dengan mudah dapat terdaftar secara langsung di rumah susun tersebut, mengingat yang bertempat tinggal di rumah susun bersifat sementara sehingga lebih mudah dalam pendataan.

Fahmi merancang alat ini menggunakan pengisian pulsa kuota pemakaian listrik prabayar secara terpusat. Pengisian dilakukan oleh "server" setelah pelanggan mendaftar dan membeli pada pusat (server).

"Pengguna juga akan diberitahu ketika telah mencapai setengah sisa kuota pemakaian listrik. Tujuannya sebagai indikator dan perkiraan waktu penggunaan yang telah atau akan dipakai lagi agar penggunaan lebih diperhatikan oleh pelanggan," ujarnya.

Tahapan pembuatan alat ini adalah membuat rangkaian pengukur energi listrik yang dapat dihubungkan dengan mikrokontroler, lalu membuat program mikrokontroler dapat berkomunikasi (terhubung) dengan server.

Selanjutnya, membuat aplikasi pada server yang dapat berkomunikasi (tersambung) dengan modem GSM dan terhubung dengan "database".

"Untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan listrik, perusahaan listrik di Indonesia melakukan pengambilan data (Data Logging) pada pemakai energi listrik di setiap bulannya," tambahnya.

Namun, dalam hal pengambilan data pemakaian energi listrik masih memakai sistem yang konvensional, sehingga dalam kenyataan di lapangan akan timbul kekurangan-kekurangan yang dapat merugikan perusahaan listrik itu sendiri, seperti keaslian data, "human error", waktu yang tidak efisien dan lain sebagainya.

"Karena itu diperlukan suatu alat otomatis yang dapat mengambil dan me-'record' (rekam) data pemakaian energi listrik dari jarak jauh dalam sepanjang waktu," papar Fahmi.

Menurut dia, perlu dicoba untuk dibuat suatu sistem pemakaian energi listrik yang dapat dilakukan secara mandiri. Solusinya, sistem pemakaian energi listrik dilakukan dengan cara pembelian pulsa "kwh" meter dan dapat diinputkan secara langsung, sehingga tidak diperlukan petugas dalam melakukan pencatatan dan meminimalkan kemungkinan "human error".

Alat ini dapat dibuat sejenis dengan kwh meter dengan pulsa kwh-nya diisikan melalui media "wireless" (SMS handphone), dan dapat dikendalikan oleh pusat pengendalinya.

Keunggulannya, informasi jumlah pulsa yang terbeli dan sisa pulsa dapat diketahui melalui HP dari pemakai yang sudah didaftarkan ke pusat (operator), ungkapnya. 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement