Senin 03 Nov 2014 17:55 WIB

Satu dari Tiga Remaja Korsel Alami 'Cyber-Bullying'

Ilustrasi.
Foto: skotgat.com
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Satu dari tiga remaja di Korea Selatan diperkirakan mengalami cyber bullying atau pelecehan di dunia maya, game daring, SMS, e-mail atau media digital lainnya. Hal ini terungkap berdasarkan statistik dari penelitian Partai Saenuri di Gedung Majelis Nasional, Korea Selatan, Senin (3/10).

"Survey dari 4.000 remaja SMP dan SMA di Korea Selatan menunjukkan sebanyak 27,7 persen remaja mengaku pernah dirundung di internet dalam tiga bulan terakhir," kata Pimpinan Partai Saenuri, Yun Jae-ok.

Jenis perundungan atau bully yang paling umum terjadi menurut data adalah membocorkan informasi pribadi di internet sebanyak 12,1 persen, diikuti oleh perundungan pada permainan daring (dalam jaringan) sebanyak 10,2 persen. Menolak tawaran pertemanan di salah satu aplikasi jejaring sosial juga masuk pada peringkat ke-tiga sebanyak 7,5 persen.

Lebih dari 36 persen gangguan terjadi karena perkara saling tidak suka. Sementara 20,5 persen karena alasan yang kurang jelas dan 8,2 persen dikarenakan faktor keisengan semata.

Lebih dari setengah atau 52,2 persen responden mengatakan mereka hanya membiarkannya saja ketika mengetahui masalah tersebut, sebanyak 3 persen melaporkan kejadian ke guru mereka dan hanya 2,2 persen yang melaporkan kasus ini ke polisi, menurut data temuan.

Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2014, hal ini disampaikan dalam sebuah forum mengenai perundung dunia maya di sekolah dan solusinya, yang diselenggarakan di gedung Majelis Nasional dan digelar oleh Yun Jae-Ok dari Partai Saenuri.

Forum tersebut juga mengenalkan metode terakhir dari perundungan, yaitu mengundang korban ke dalam sebuah ruang "chating" (obrolan daring) kemudian dirundung secara terus-menerus oleh sejumlah anggota yang berada di ruang obrol daring tersebut (chatt room).

Yun mengatakan pemerintah telah gagal menjaga dari berbagai jenis gangguan yang muncul di sekolah-sekolah. "Kami butuh solusi praktis yang akan mencegah gangguan yang akan mengancam secara fisik dan emosional pada remaja," ujar Yun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement