Sabtu 27 Sep 2014 18:40 WIB

Cloud Smart City ITB Dukung e-blusukan Ala Jokowi

Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Tim pemenangan Capres Jokowi-JK Maruarar Sirait (keempat kanan), Anis Baswedan (kedua kanan) dan Tim pengarah Pemenangan Jokowi-JK Alwi Shihab (kanan) melambaikan dua jari kepada pendukungnya ketika Konser Salam dua Ja
Foto: antara
Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Tim pemenangan Capres Jokowi-JK Maruarar Sirait (keempat kanan), Anis Baswedan (kedua kanan) dan Tim pengarah Pemenangan Jokowi-JK Alwi Shihab (kanan) melambaikan dua jari kepada pendukungnya ketika Konser Salam dua Ja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Salah satu konsep pengawasan yang bakal dirancang untuk pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo dengan e-blusukan via internet yang diyakini ampuh untuk menghemat anggaran.

“Kami ingin mendukung e-blusukan dengan membuat otak dari smart city, yaitu smart system platform (SSP). Soalnya semangat e-blusukan itu ada di smart city,” ungkap Guru Besar ITB sekaligus inisiator Smart City Indonesia di sela-sela International Conference on ICT for Smart City Suhono Harso Supangkat, Sabtu (27/9) dalam rilisnya.

Platform ini, ujarnya, bisa dipakai dalam suatu virtual operation room dengan infrastruktur cloud computing dan sensor (blusukan) komponen kota. Kemudian diproses di sistem cloud agar dimengerti oleh stakeholder kota yang selanjutnya melakukan aksi untuk solusi persoalan kota.

“Beberapa kota telah tertarik untuk menggunankan produk ini. Kita harapkan Presiden Jokowi juga mau mengadopsi ini untuk e-blusukannya,” kata salah satu kandidat Menkominfo di Kabinet 2014-2019 ini.

Menurutnya, komponen utama dari smart city merupakan gabungan perangkat keras, lunak, dan culture. ITB telah mengeluarkan suatu model kematangan smart city, yang bisa dipakai untuk melihat sejauh mana tingkat kesiapan atau keberadaan kota untuk mencapai kondisi kota Cergas (Cerdas dan Gegas).

Tingkat Kematangan ini dibuat leveling mulai dari Adhoc alias ikut-ikutan tanpa perencanaan. Kedua, initiatives atau mempunyai master plan yang akan dijalankan. Lalu, level scattered yang sudah mulai dibangun, tapi masih sektoral. Selanjutnya integratif baru kemudian mencapai smart alias sudah dilakukan pembangunan ekosistem smart city. Pengukuran ini masih dalam konteks Digital Smart City atau lebih soft infrastruktur.

Untuk level berikutnya (second curve), dibangunnya infrastruktur seperti transportasi publik, energi, air dan lainnya untuk kenyamanan, keamanan dan keberlanjutan pembangunan ekonomi kota.

“Tahun ini ITB dan Telkom Grup tengah bekerja sama melakukan riset tentang Kematangan dan kebutuhan smart city di beberapa kota. Dibuka bisnis modelnya dengan beragam cara, bisa sewa, beli, atau lainnya,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement