Kamis 04 Sep 2014 18:15 WIB

Greenpeace: Apple Berkomitmen Tinggi Hapus Bahan Kimia

Apple
Foto: Reuters
Apple

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—LSM bidang lingkungan, Greenpeace menunjukkan bahwa pabrikan piranti telekomunikasi, Apple saat ini menjadi yang terbaik di sektor elektronik dalam upaya mengatasi dampak lingkungan.

“Apple telah memperlihatkan secercah kemungkinan, menjadi pemimpin industri dalam penghapusan bahan-bahan kimia terburuk, dan mulai menyadari pentingnya mengatasi dampak besar produksi barang-barang elektronik kepada planet kita,” ujar Jurukampanye Toxic Greenpeace Indonesia, Ahmad Ashov Birry, Kamis (4/9).

Laporan Green Gadgets: Designing the future (Gadget Hijau: Mendesain Masa Depan), menilai kemajuan yang diraih industri elektronik dalam mengatasi masalah penting lingkungan seperti penggunaan energi terbarukan dan penghilangan bahan-bahan kimia berbahaya. Laporan ini juga menggarisbawahi tantangan-tantangan lestari yang dihadapi oleh pelaku bisnis di sektor ini.

Dengan tercapainya tingkat penjualan tertinggi gadget-gadget populer yang mencapai 2,5 miliar produk pada 2014. Laporan ini menyerukan pentingnya perusahaan global seperti Apple, Samsung dan Dell untuk melakukan aksi segera guna menanggulangi krisis lingkungan yang juga meningkat.

“Lebih dari 50% pasar telepon genggam, dikuasai oleh Samsung, Apple dan Nokia, saat ini sudah bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya, Polyvinylchloride (PVC) dan Brominated flame retardants (BFR),” terang Ashov.

eski demikian, Apple masih menjadi satu-satunya perusahaan yang sudah menghapuskan penggunaan substansi ini di dalam seluruh produk mereka.

Sementara, Samsung, perusahaan elektronik terbesar dunia, dinilai gagal untuk memenuhi target penghapusan bahan kimianya untuk produk selain telepon genggam, menyusul Dell dan perusahaan lain yang juga gagal memenuhi komitmen publik mereka.

Sementara itu, para pemain baru di pasar tablet dan telepon genggam juga masih tertinggal di belakang. Seperti Microsoft yang hanya mengeluarkan komitmen lemah serta Amazon yang gagal membuka informasi apa pun kepada publik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement