REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia saat ini baru mampu menguasai aplikasi satelit navigasi dan ke depan mengarah pada pengembangan sistemnya. Hal itu disampaikan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin pada pembukaan pelatihan internasional tentang sistem satelit navigasi global (Global Navigation Satellite System/GNSS).
"Kita baru menguasai aspek aplikasi satelit navigasi," katanya Selasa (26/8).
Thomas mengatakan, pengembangan satelit di Indonesia fokus pada sistem satelit penginderaan jauh dan satelit komunikasi.
Hal itu sesuai dengan road mapLAPAN sampai 2019 yang difokuskan pada pengembangan dua sistem teknologi tersebut. "Kemungkinan setelah 2019 kita akan kembangkan sistem navigasi ini," kata Thomas.
Lebih lanjut dia mengatakan, sistem GNSS sudah lama digunakan untuk navigasi misalnya Amerika dengan sistem GPS, Eropa dengan sistem yang dinamakan Galileo dan Cina dengan Baidu.
Saat ini Indonesia belum menjadi anggota penuh dari organisasi keantariksaan Asia Pasifik (Asia Pasific Space Cooperation organization/APSCO) tapi baru sebagai negara penandatangan.
Pelatihan internasional yang digelar APSCO untuk pertama kalinya di Jakarta itu diikuti perwakilan dari negara anggota APSCO yaitu Bangladesh, Tiongkok, Iran, Mongolia, Pakistan, Peru, Italia, Turki dan Indonesia.
Menurut Thomas, pelatihan tersebut sangat penting untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia masing-masing negara anggota APSCO dibidang teknologi sistem navigasi dan pemanfaatannya.