REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Siapa sangka kulit ikan kakap bisa menjadi sebuah aksesoris menarik. Selama ini, aksesoris seperti tas, sepatu, ikat pinggang, jaket, dan dompet banyak menggunakan kulit hewan darat, semisalnya kerbau, sapi, kambing, dan domba.
Hasil inovasi mahasiswa IPB dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, limbah kulit ikan kakap bisa menjadi sebuah aksesoris menarik. Kulit ikan kakap yang digunakan yakni jenis kakap putih yang telah disamak dengan menggunakan ekstrak biji pinang.
Inovasi ini merupakan bagian dari program kreativitas mahasiswa (PKM) yang melibatkan Ade Komalasari, Ayu Setiti Swastikawati, dan Dewi Ulfa Trisdiani. PKM tersebut diusung dengan judul 'Peningkatan Fleksibilitas Kulit Ikan Kakap Putih' (lates calcalifer bloch) Tersamak dengan Menggunakan Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L) untuk Bahan Pembuatan Aksesoris.
PKM ini bermula dari fakta keterbatasan bahan baku kulit hewan darat di Indonesia. Kemudian, industri pun terdorong untuk mencari alternatif lain dengan maksud mengurangi impor kulit hewan darat. Yaitu dengan memanfaatkan kulit ikan sebagai bahan baku penyamakan.
Kakap putih adalah salah satu komoditas perikanan dengan permintaan tinggi di Indonesia, disamping sebagai komoditas ekspor. Selain dijual dalam bentuk segar, umumnya ikan kakap putih diolah menjadi gulai dan steak. Bahkan, saat ini berkembang produk fillet kakap putih. Selama proses pengolahan, tentu banyak limbah yang dihasilkan, di antaranya sirip, sisik, tulang, dan kulit.
Limbah kulit dapat bernilai tambah dengan menjadikannya bahan baku penyamakan. Hal ini mengingat ukuran kulit ikan kakap putih lebih besar dibanding kulit ikan pada umumnya. Penyamakan kulit ikan juga menjadi alternatif dalam mencukupi kebutuhan bahan baku dalam industri perkulitan di Indonesia. Bagi kalangan pelaku industri, penyamakan ini selain dapat menciptakan aksesoris dari kulit ikan, juga menjadi alternatif baru bagi teknik penyamakan kulit. Hal ini pun meningkatkan kualitas fisik kulit ikan dengan memanfaatkan biji pinang sebagai zat penyamaknya.
Di bidang perikanan, inovasi ini bermanfaat demi mengurangi permasalahan kulit ikan sebagai limbah. Terlebih, kulit ikan pun tak kalah bagus saat diaplikasikan pada pembuatan produk berbahan dasar kulit, seperti sepatu, tas, jaket, sabuk, dompet dan beberapa produk lainnya.
Sejatinya, penyamakan merupakan proses konversi kulit mentah menjadi kulit samak yang stabil, tidak mudah membusuk, dan cocok untuk beragam kegunaan. Penyamakan kulit dapat dilakukan dengan menggunakan bahan penyamak nabati, mineral maupun sintetis.
"Ekstrak biji buah pinang memiliki keunggulan selain ramah lingkungan dan tidak beracun, juga menjadikan kulit hasil samak dapat lebih tebal," ujar Ade, salah seorang tim penemu pembuatan aksesoris berbahan kulit ikan kakap.
Dalam siaran persnya yang disampaikan Humas IPB kepada ROL, Kamis (20/8), penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni ekstraksi biji buah pinang, pengujian kadar tanin dalam biji buah pinang, penyamakan kulit ikan, karakterisasi fisik dan kadar air kulit ikan tersamak, serta analisis data. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan ekstrak biji pinang dapat mempengaruhi karakteristik fisik kulit tersamak. Kekuatan tarik kulit tersamak, terkategori layak sebagai bahan pembuatan tas. Hal ini membuktikan kulit ikan kakap putih dengan bahan penyamak ekstrak biji pinang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan tas dan dompet karena kekuatan jahitnya telah sesuai standar.