REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Peneliti dari perusahaan keamanan internet, FireEye, menemukan bahwa lonjakan serangan cyber dapat dijadikan sebagai peringatan dini untuk memprediksi konflik antar negara. Sebelum konflik di Gaza dan aneksasi Krimea baru-baru ini, analis mencatat lonjakan malware atau perangkat lunak berbahaya yang mengirimkan pesan.
"Kita bisa melihat itu setara dengan yang ada di perbatasan," kata Kevin Thompson, seorang analis ancaman FireEye dilansir The Telegraph.
FireEye menganalisis jumlah komunikasi yang dikirim oleh program malware selama 18 bulan terakhir dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari lebih dari 5.000 klien dan pemerintah di seluruh dunia. Mereka menemukan bahwa di tengah jutaan pesan yang ditangkap, ada lonjakan dramatis dalam sinyal malware menjelang konflik antara Rusia dan Ukraina mengenai Krimea, dan di hari-hari sebelum konflik terbaru Israel dengan Hamas di Gaza .
FireEye berharap dapat memperluas penelitian mereka untuk melihat apakah temuan tersebut berlaku dalam jangka waktu yang lebih lama. "Kami ingin melihat kembali data yang ada selama satu tahun lalu dan mencoba untuk menghubungkan itu dengan semua kejadian di dunia pada periode yang sama," kata Thompson.
Saat ini, banyak negara yang menggunakan malware untuk mengumpulkan data intelijen dan juga untuk menyerang sasaran bagi negara-negara yang bermusuhan. "Itu hanya bagian dari usaha keamanan nasional saat ini," kata Kenneth Geers, salah seorang peneliti.
Stewart Rowles, asisten direktur bidang operasional di sebuah perusahaan intelijen strategis, KCS, mengatakan bahwa pemerintah meningkatkan pantauan terhadap lonjakan serangan malware untuk mengidentifikasi potensi konflik.
"Malware tidak hanya digunakan oleh penipu tetapi juga oleh pemerintah dan kelompok-kelompok teroris yang kini mencurahkan segenap sumber daya untuk menciptakan prajurit cyber yang berfungsi hanya untuk memata-matai kekuatan saingan," katanya kepada The Telegraph.