REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan tungku sehat hemat energi (THSE) yang digagas Bank Dunia bekerja sama dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) diharapkan mampu menekan angka kematian dini dalam rumah tangga yang dipicu penggunaan tungku tradisional.
"Program Konversi Minyak Tanah ke LPG yang dilaksanakan sejak 2007 memang sukses mengalihkan penggunaan minyak tanah ke elpiji di masyarakat. Tapi kenyataannya rumah tangga pedesaan yang letaknya jauh dari distribusi LPG masih menggunakan cara tradisional dengan kayu bakar untuk memasak," kata Senior Energy Economist East Asia and Pacific Region at The World Bank Yabei Zhang di Jakarta, Kamis (14/8).
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan memasak dengan bahan bakar kayu secara tradisional yang menghasilkan polusi udara, menurut dia, menjadi faktor utama penyebab gangguan kesehatan di berbagai negara miskin dan berkembang termasuk Indonesia.
Polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran tungku kayu tidak sempurna yang masih digunakan banyak rumah tangga miskin pedesaan, diperkirakan sekitar 24,5 juta rumah tangga di Indonesia, menjadi salah satu faktor pemicu kasus kematian dini sebanyak 165.000 jiwa per tahun.
Asap tebal sekaligus debu-debu halus yang dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru dari pembakaran tidak sempurna tungku kayu bakar meningkatkan risiko asma, TBC, Infeksi Pernapasan Akut (ISPA) terutama pada anak usia di bawah usia lima tahun. "Bahkan berdasarkan penelitian polusi udara dari pembakaran tidak sempurna tungku kayu ini memicu masalah jantung dan katarak," kata Zhang.