REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Peneliti AS tengah mengembangkan aplikasi dan lensa kecil yang memungkinkan ponsel pintar melakukan analisa sel daerah. Aplikasi itu selanjutnya diberinama, Athelas.
Athelas telah memenangkan penghargaan dari Y Combinator ini diklaim peneliti mampu mendeteksi penyakit seperti malaria dan kanker dalam hitungan detik melalui penghitungan sel prediktif (predictive cell counting).Namun, para ahli memperingatkan sulitnya mereproduksi kualitas hasil laboratorium medis menggunakan smartphone.
Untuk dapat menggunakan layanan ini, pengguna smartphone mengambil gambar darah mereka dengan lens attachment. Kemudian, gambar tersebut dikirim ke app server. Hasilnya akan dikirim kembali kepada pengguna.
“Selama lebih dari dua abad, morfologi sel –praktik melihat atau menganalisa darah seseorang untuk mendiagnosa kondisi- telah menjadi cara utama untuk mengetahui obat yang tepat. Namun proses ini hampir tidak berubah bentuk (lama dan mahal) selama 150 tahun," Ketua Tim Peneliti, Tanay Tandon, seperti dilansir BBC, Kamis (7/8).
Tandon menambahkan, di daerah pedesaan, teknologi benar-benar akan berkembang dan memberikan keterampilan diagnose yang sebelumnya tidak tersedia, melalui kecerdasan buatan dan penglihatan komputer.
Namun, para ahli di lapangan tidak begitu yakin dengan realitas penggunaan smartphone untuk mendeteksi dan mendiagnosa penyakit. “Aplikasi ini akan menciptakan lebih banyak kebingungan, kemudian mengurangi kecerdasan,” kata direktur penyakit medis transplantasi di Pusal Kesehatan Universitas Langon New York, Ammar Safdar.
Menurut Ammar, keterbatasan utama untuk pendeketan ini adalah bahwa sebagian besar virus perlu uji elektron mikroskopis untuk melihatnya. Virus Ebola misalnya, kata dia, pasien pada tahap awal penyakit jumlah virus Ebola di dalam pembuluh darah tidak cukup banyak untuk didiagnosa.