Rabu 23 Jul 2014 06:00 WIB

Digital Company, Mimpi Baru Telkomsel

Direktur Utama Telkomsel, Alex J Sinaga
Direktur Utama Telkomsel, Alex J Sinaga

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sukses menjangkau 97 persen populasi di Indonesia untuk layanan telekomunikasi, Telkomsel berencana maju selangkah lagi. Yakni menjadi pemandu utama untuk layanan digital di industri telekomunikasi, sekaligus membawa bangsa ini menuju digital society.

''Kami ingin menjadi lokomotif untuk membawa masyarakat menuju digital society,'' kata Direktur Utama Telkomsel, Alex J Sinaga, usai meresmikan Grapari Digital Life di Dago, Bandung, Senin (21/7). Lebih dari sekadar lokomotif, Telkomsel disebut Alex juga akan membawa gerbong  yang dapat mengangkut berbagai aplikasi dan layanan digital untuk disodorkan ke para pelanggan.

Oleh karena itulah memasuki usia ke-20 Telkomsel mencanangkan konsep digital company. ''Saat ini kami tengah menuju ke digital comnpany. Kalau tahun depan terwujud, kami akan declare,'' ujar Alex.

Digital Company alias perusahaan digital, tampaknya, menjadi impian baru Telkomsel. Dalam bahasa sederhana, digital company adalah menjadi lokomotif bagi industri dalam pengembangan digital lifestyle sekaligus menarik gerbong yang akan membawa konten dan aplikasi untuk memenuhi kebutuhan digital lifestye tadi. Dengan tamsil yang sama, kereta api Telkomsel tentu saja juga harus bernuansa atau mencerminkan konsep digital lifestyle, sekaligus dipimpin masinis dan crew yang digital oriented.

Tak mengherankan jika Telkomsel fokus ke digital lifestyle.  Bagaimanapun digital society pada dasarnya borderless. "Masyarakat tak punya pilihan, cepat atau lambat bakal tergilas dengan digital society. Untuk kita harus bersiap menghadapi ini, jangan sampai kembali seperti zaman batu," papar Alex.

Tak mengherankan jika dalam lima tahun terakhir, Telkomsel makin intens mengembangkan digital lifestyle tadi. Pengembangan Grapari Digital Lifestyle merupakan produk terbaru yang dirilis operator dengan 136 juta pelanggan ini.

 Grapari Digilife merupakan kantor pelayanan Telkomsel yang sekaligus berfungsi seagai digital experience centre bagi publik.

Alex menyatakan pengembangan Grapari Digilife merupakan bagian dari komitmen untuk memajukan masyarakat akan perkembangan dunia digital terkini. ''Kami berharap tempat ini akan membantu mempercepat pengenalan eksosistem device, network and appliation (DNA) dimata masyarakat lewat kombinasi perangkat terbaik, jaringan handal Telkomsel dan aplikasi yang bermanfaat bagi pelanggan," papar Alex.

Dari Grapari Digital tadi, masyarakat akan mengetahui apa saja layanan berbasis digital yang dikembangkan oleh Telkomsel, sekaligus merasakan secara langsung apa itu layanan digital terkini.

Grapari Digilife sendiri menghadirkan seluruh digital servies Telkomsel, meliputi digital musi, portal soial media, News &diretory, digital advertising, games &entertainment, digital payment dan bussines enterprises

Pengembangan Grapari Digilife adalah sebuah edukasi kepada publik. Ia secara tidak langsung makin mempertajam visi Telkomsel dalam mendorong terwujudnya digital society, sekaligus mempertegas komitmen mewujudkan konsep digital company yang diimpikan.

Pada titik ini kita melihat bahwa Telkomsel sebagai institusi tidak saja menjajakan layanan berbasis digital, namun juga mendorong, mengembangkan ekosistem, memberi fasilitasi, sekaligus menjadi benchmark bagi industri telekomnunikasi.

Sebagai pemain utama industri, Telkomsel memang terus mendorong ekosistem digital. Langkah yang sama telah dilakukan Telkomsel saat layanan 3G diperkenalkan di Indonesia.

Dari sisi device, misalnya, Telkomsel mendorong para pabrikan mengembangkan produk dengan harga terjangkau sesuai dengan gaya hidup digital atau digital lifestyle masyarakat. Operator ini kemudian membundling ponsel itu dengan berbagai aneka penawaran menarik kepada para pelanggan agar bisa mencicipi layanan digital dengan nyaman dan sesuai kantong mereka.

Bagaimana dengan Network? Dengan 30 MHz frekuensi 900/1800 Mhz dan 15 Mhz frekuensi di 2100 Ghz, kapasitas yang dimiliki sangat memadai untuk melayani 135 juta pelanggannya saat ini. Telkomsel sendiri memiliki 80 ribu base transceiver station (BTS).

''Kami telah menjangkau 97 persen populasi,'' kata Alex. Saat ini dari seluruh BTS yang dimiliki sebanyak 1/3 adalah BTS 3G atau Node B. ''Tahun ini diharapkan jumlah BTS 3G naik menjadi1/2 dari seluruh BTS. Tahun 2015 diharapkan seluruh BTS telah menjadi 3G,'' kata Alex.

Telkomsel juga tengah menyiapkan BTS 4G. ''Soal BTS 4G tunggu keputusan pemerintah. Kita siap melakukan penggelaran jaringan,"" ujar Alex.

Sementara untuk aplikasi, Telkomsel terus mendorong lahirnya aplikasi lokal dan nasional untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Telkomsel juga terus mengembangkan aplikasi-apikasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan. ''Kami tengah mengembangkan aplikasi untuk mendukung payment, agar pelanggan bisa dengan mudah membeli apa saja secara digital,'' ujar Alex.

Bila Telkomsel aktif mendorong start up mengembangkan aplikasi dan konten, hal itu tak lepas dari tingginya kebutuhan akan aplikasi dan konten yang diinginkan pelanggan saat ini. Sejauh ini konten dan aplikasi masih didominasi produk global. Kehadiran aplikasi lokal atau nasional diharapkan mampu mengimbangi aplikasi global, bahkan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

''Tak bisa dicegah aplikasi global akan terus membanjiri. Kita harus bisa menciptakan sendiri untuk kebutuhan kita maupun global. Suatu saat bisa saja lahir google Indonesia,'' papar Alex.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk pengembangan aplikasi ini. Misalnya aktif mendorong kreasi start up lokal melalui Indigo yang dikembangkan Telkom Group. Melalui Indigo digelontorkan dana Rp 100 miliar per tahun.

Aplikasi, kata Alex, menjadi perhatian kalangan operator saat ini. Ia menunjuk Singapore Telecommunication. Operator Singapura ini membeli sejumlah start up di lembah silikon AS. Kreasi start up kemudian dipasarkan untuk pelanggan Singtel. ''Kita juga membantu memasarkan,'' kata Alex memberi ilustrasi.

Lantas bagaimana dengan kereta bernama Telkomsel sendiri. Tentu saja Telkomsel harus digitalized dari semua sisi. Bukankah sang kereta akan menjadi lokomotif, menarik gerbong serta membawa gerbong yang berisi konten dan aplikasi.

Sejauh ini sang masinis, Alex J Sinaga memiliki visi digital lifestyle. Ia, tentu saja perlu didukung oleh suatu tim work yang memiliki visi yang sama, sekaligus kemampuan menterjemahkan kebutuhan akan digital lifestyle pelanggan Telkomsel.

Di sisi internal sendiri Telkomsel juga telah mulai mewujudkan digital lifestyle ini. Salah satunya adalah paperless. Tagihan KartuHalo, misalnya, secara bertahap dialihkan ke paperless. Demikian pula dengan program Telkomsel seperti TelkomselSiaga yang kini juga paperless.

Tak kalah menariknya adalah tempat kerja para laryawan Telkomsel. Kabarnya Telkomsel tengah mengembangkan konsep smart office di calon kantornya yang baru. Sesuai dengan namanya, nuansa digital amat kental di kantor baru Telkomsel.

Bagaimana dengan sumber daya manusia? Tak mudah mendapatkan SDM yang digital oriented. Selain merekrut sumber daya yang mumpuni, Alex mengaku menyiapkan sumber daya dari kalangan internal.Alex menyatakan telah menyediakan beasiswa bagi karyawan untuk mendalami masalah digital di luar negeri. ''Ada 100 beasiswa ikatan dinas untuk program master dan doktor bagi karyawan Telkomsel,'' cerita Alex.

Digital company tampaknya hanya soal waktu saja bagi Telkomsel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement