REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Bagi kebanyakan orang, air seni atau urin hanyalah sebagai cairan sisa-sisa metabolisme tubuh. Namun, bagi ilmuwan, air seni bisa diolah menjadi sesuatu yang sangat berharga. Ilmuwan asal Korea Selatan menemukan bahwa di dalam urin, ternyata terdapat kandungan karbon yang bisa diekstrak sebagai penghantar listrik yang sangat kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh Nitin Kaduba Chaudhari, Min Young Song dan Jong-Sung Yu ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature. Peneliti menunjukkan bahwa dalam skala besar, kandungan karbon yang ada dalam urine bisa digunakan untuk perkembangan sel bahan bakar. Sel bahan bakar, pada prinsipnya yaitu meraksikan zat hidrogen dengan oksigen untuk menghasilkan air melalui suatu reaksi kimia. Terlihat sederhana, namun untuk mereaksikan tersebut diperlukan katalis untuk menghasilkan energi sehingga bisa reaksi tersebut bisa berlangsung. Sayangnya, katalis ini sangat mahal.
Ilmuwan terus mencari alternatif untuk menggantikan logam transisi yang umumnya digunakan sebagai katalis dengan dengan pilihan yang lebih murah, misalnya menggunakan karbon. Namun, untuk membuat karbon yang berfungsi sebagai katalis juga sangat mahal. Umumnya, karbon yang berfungsi sebagai katalis memiliki struktur yang sangat kecil dalam ukuran nanometer atau dikenal sebagai karbon nanotube. Bukan hal yang mudah memproduksi karbon nanotube ini.
Chaudhari dan rekannya berhasil mengekstrak karbon dari urin yang dapat digunakan untuk mengganti platinum atau karbon sitetis. Mereka mengumpulkan sampel urin dari individu sehat yang dipanaskan dalam suhu 700-1000 derajat Celcius selama enam jam. Hasilnya cukup menakjubkan. Urin terkarbonasi ini memiliki pori yang bisa berfungsi sebagai penghantar listrik yang sangat kuat. Peneliti mengasumsikan dalam 1 liter urin yang dikumpulkan bisa menghasilkan 400 miligram ekstrak karbon.