REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) sedang mengkaji beberapa opsi penataan teknologi telekomunikasi baru. Ke depan, Indonesia mengarah pada penataan teknologi netral telekomunikasi.
Ketua BRTI Kalamullah Ramli mengatakan lembaga yang dipimpinnya akan memberikan tiga atau empat opsi teknologi netral telekomunikasi kepada Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo). Dengan teknologi netral, frekuensi tidak dikaveling-kaveling menurut teknologi tertentu (CDMA atau GSM).
"Operator punya kebebasan untuk menentukan sendiri teknologi yang akan digunakan apakah LTE, 3G atau teknologi lain," kata dia dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, Rabu (21/5).
Pengkajian penataan teknologi netral ini, kata Ramli, tidak terlepas karena Indonesia akan mengarah pada penggunaan teknologi tersebut. Namun, ia belum bisa mengungkapkan kepada publik opsi apa saja yang akan diajukan ke Menkominfo. Namun, salah satu opsi yang akan diajukan adalah membebaskan operator untuk memilih teknologi (apakah CDMA atau GSM) yang akan digunakan.
Teknologi netral telekomunikasi diharapkan dapat menolong operator telekomunikasi, khususnya pengguna CDMA. Sehingga, penetrasi teknologi netral ini bisa disambut baik oleh operator. BRTI sudah memanggil operator CDMA untuk membahas rencana ini.
Para operator, Ramli menyatakan, menyambut baik rencana ini. Bahkan, operator menginginkan adanya penataan frekuensi CDMA karena ini cara ini dinilai untuk kelangsungan bisnis mereka juga. Saat ini, ada operator CDMA yang ingin beralih ke GSM namun ada yang ingin tetap bertahan. "Sehingga, keinginan kami dan kebutuhan operator dapat bertemu di satu titik," kata dia.