REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan satu aplikasi yang bisa membantu mendeteksi kanker kulit melalui pemeriksaan tahi lalat. Tahi lalat bisa menjadi salah satu parameter untuk mengantisipasi terjadinya kanker kulit. Namun proses pemeriksaan ini umumnya memerlukan waktu yang lama.
Seorang profesor bercita-cita bisa mengidentifikasi sel-sel kanker dengan aplikasi yang lebih mudah. George Zouridakis, profesor teknologi di Universitas Houston telah memulai proyek ini sejak 2005.
The Doctor Mole, nama aplikasi tersebut bekerja menggunakan dermoscope atau lensa pembesar khusus yang memberikan pencahayaan spesifik di wilayah yang sedang difoto. Dermoscope ini berfungsi melihat tahi lalat dengan lebih detail. Lensa scan bisa mencari sel-sel yang berpotensi kanker. Data bisa didapatkan melalui smartphone.
Aplikasi ini bisa digunakan untuk memeriksa penyimpangan tahi lalat dalam hal ukuran, bentuk maupun warna. Setelah mengambil gambar tahi lalat, pengguna akan diberi kode warna sesuai tingkat risiko yang dialami. Aplikasi ini juga dapat mengarsipkan dan membandingkan data untuk tiap perubahan tahi lalat.
Ia mengklaim cara ini lebih akurat dibandingkan dokter keluarga.
Selama pengujian, dikutip dari Daily Mail, aplikasi ini 85 persen lebih akurat dibandingkan rata-rata dokter keluarga yang akurasinya hanya 50-70 persen. Namun, hasil aplikasi ini sedikit lebih rendah dibandingkan dermatologis yang akurasinya mencapai 90 persen.
Saat ini, keakuratan aplikasi sedang diuji di University of Texas MD Anderson Cancer Centre. Jika pengujian ini berhasil, aplikasi ini bisa mempermudah orang untuk mendeteksi kanker kulit, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses kepada dokter spesialis.
Sang penemu memang bermimpi bisa menyediakan fasilitas untuk screening kanker kulit yang bisa diaplikasikan di daerah pedesaan atau negara berkembang yang umumnya tidak menyediakan fasilitas medis yang spesifik. Sebelum dipublikasikan, Zouridakis ingin aplikasi ini benar-benar teruji secara akurat.