REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Manusia menghasilkan sekitar 34 juta ton sampah plastik per tahun, dan hanya mendaur ulang 7 persen diantaranya.
Para peneliti khawatir bila tidak ditemukan bahan alternatif, maka bumi akan penuh dengan sampah plastik. Itu sebabnya, dalam beberapa dekade terakhir, peneliti terus mencari alternatif bahan pengganti plastik.
Salah satunya, penelitian senyawa dalam binatang berkulit keras, seperti misal serangga. Peneliti percaya, senyawa tersebut merupakan bahan yang tepat guna menggantikan plastik.
Senyawa itu adalah chitosan, bentuk yang lebih tahan dari chitin, yang oleh para peneliti di Wyss Institute for Biologically Inspired Engineering di Harvard dikatakan "bahan organik paling berlimpah kedua di Bumi." Chitin merupakan polisakarida keras yang ditemukan dalam cangkang atau kulit binatang berkulit keras.
Setelah Wyss mengumumkan kemajuan dalam membuat bahan berdasarkan chitosan pada Maret, mereka didekati oleh sejumlah perusahaan dan pengusaha yang ingin belajar tentang hal itu dan meneksplorasi kemungkinan penggunaan komersial, ujar Javier Fernandez, seorang pemimpin peneliti di proyek ini.
"Sebagai contoh, gelas minum sederhana, dapat dibuat dari sekitar 200 gram kulit udang, atau satu genggam, ujar Fernandez seperti dilansir voanews.com, Kamis (8/5). Suatu spesies hewan ini, yang seukuran plankton, yaitu copepod, diperkirakan memproduksi miliaran ton chitin setiap tahun.
"Hal itu berarti bahwa mereka telah memproduksi pada 12 bulan terakhir kira-kira jumlah chitin yang sama dibandingkan produksi plastik di dunia sejak 2009," ujarnya. Menurut Wyss Institute, Manusia menghasilkan sekitar 34 juta ton sampah plastik per tahun, dan hanya mendaur ulang 7 persen diantaranya. Sisanya berakhir di tempat pembuangan sampah dan laut.
Mereka yang alergi dengan udang tidak perlu khawatir dengan bahan chitosan, menurut Fernandez, karena bagian udang yang menyebabkan alergi ada di otot, bukan di kulit