REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC — Bagi salah satu negara berteknologi paling maju di dunia, Amerika sangat kekurangan ilmuwan dan insinyur. USA Science and Engineering Festival atau festival sains dan teknologi nasional merupakan salah satu prakarsa untuk mengubah keadaan itu.
Acara nasional itu bertujuan untuk mengilhami para siswa agar mempertimbangkan karir dalam bidang sains, teknologi, teknik atau rekayasa dan matematika.
Dilihat dari jumlah siswa yang mengamati pameran teknologi tinggi dan pentas panggung di Washington Convention Center, atau Pusat Konvensi di kota Washington, D.C. baru-baru ini, kita bisa menyimpulkan bahwa ada minat yang tinggi dalam bidang sains dan teknologi. Namun menurut sebuah survei yang melibatkan lebih dari satu juta siswa Amerika, hanya sekitar 10 persen lulusan SMA mengatakan tertarik pada karir di bidang tersebut.
Salah seorang pendiri USA Science and Engineering Festival, Larry Bock, mengatakan masyarakat memperoleh apa yang mereka kagumi.
“Kita memuja atlet, bintang pop, aktris dan aktor profesional dan hasilnya membuat orang ingin menjadi seperti mereka, tetapi kita tidak mengagumi ilmuwan dan insinyur,” kata Bock.
Bock ikut mengatur penyelenggaraan festival sains pertama yang kini menjadi festival tahunan itu di San Diego, California, pada tahun 2009. Keberhasilan festival itu segera diakui oleh kalangan industri teknologi yang berusaha keras untuk menemukan cukup banyak ilmuwan dan insinyur berkualitas.
Bersama Ray O. Johnson dari Lockheed-Martin, sebuah perusahaan kedirgantaraan, pertahanan, keamanan, dan teknologi tinggi dengan cakupan di seluruh dunia, Larry Bock meluncurkan sebuah festival nasional pada tahun 2010.
Johnson mengatakan bahwa menerjemahkan ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa dan matematika – yang secara kolektif dikenal dengan singkatan STEM – menjadi kegiatan yang menyenangkan dipastikan akan memberikan dampak positif.
“Saya benar-benar percaya, tanpa sedikit pun keraguan, bahwa dalam 10 tahun atau 20 tahun, mereka akan menjadi orang dewasa, dan ketika itu mereka telah memasuki pekerjaan dalam bidang STEM, dan mereka akan mengenang kembali pameran ini dan mengatakan karena pameran itulah saya kini melakukan pekerjaan ini,” papar Johnson.
Kawula muda yang menghadiri festival itu berkesempatan mencoba langsung beberapa hal, mulai dari simulator penerbangan dan printer robotik sampai mencoba mengenakan anggota badan palsu atau prostesis.
Banyak di antara mereka melewati batas psikologis antara mendengar secara pasif dan mengeksplorasi secara aktif, bergabung di atas panggung dengan veteran militer dan penyandang cacat yang kedua tangan dan kedua kakinya diamputasi, ketika ia memamerkan lengan mekaniknya.
Travis Mills mengatakan ada banyak veteran yang cedera yang bisa membantu anak-anak belajar tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk lengan dan kaki palsu mereka.
Sebagian siswa telah bergairah untuk menciptakan hal-hal baru. Andrea Li, siswi kelas tiga SMA adalah salah seorang penemu remaja yang mengikuti pameran itu. Ia berbicara tentang pekerjaannya dan mengatakan festival seperti itu berpotensi besar.
“Saya kira ini sangat menarik dan inilah cara yang baik untuk menarik minat lebih banyak orang,” ujar Andrea.
Penyelenggara festival itu mengatakan mereka berharap kesuksesan acara tersebut akan mengilhami lebih banyak festival regional, untuk membantu memperkecil kekurangan ilmuwan dan insinyur secara nasional.