REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Para peretas mencuri informasi pribadi dari sekitar 200.000 pengguna kartu kredit di Korea Selatan. Mereka selanjutnya menggunakan informasi itu untuk membuat kartu palsu dan melakukan transaksi hingga mencapai 120 juta won (setara 115.400 dolar AS).
Layanan Pengawas Keuangan Korsel (FSS) mengatakan bahwa beberapa tersangka peretas akhir tahun lalu berhasil menyusup ke server milik perusahaan pengelola terminal pemrosesan pembayaran kartu kredit. Para peretas atau "hacker" itu kemudian mengambil data sejumlah pelanggan, seperti nomor, tanggal kadaluwarsa, dan "password" untuk kartu loyalitas pengumpulan poin.
Umumnya kartu loyalitas adalah kartu plastik atau kertas, yang secara visual mirip dengan kartu kredit, kartu debit, atau kartu digital yang mengidentifikasi pemegang kartu sebagai anggota loyalitas program tertentu.
Berdasarkan hasil penyelidikan diketahui beberapa pelanggan memiliki nomor pin atau "password" yang sama untuk kartu kredit dan kartu loyalitas, sehingga mereka membuat kartu palsu dan melakukan banyak transaksi pada awal tahun ini.
Polisi Korea Selatan, yang memimpin penyelidikan, sejauh ini mengidentifikasi 268 kasus terpisah untuk transaksi dengan kartu kredit palsu, kata seorang petugas kepolisian yang menolak untuk disebutkan identitasnya karena penyelidikan masih berlangsung.
Menurut regulator keuangan Korsel, informasi pelanggan yang bocor, termasuk data dari kartu yang diterbitkan oleh perusahaan kartu kredit terbesar di Korsel, Shinhan Card, tidak termasuk nomor pin atau password kartu kredit.
Regulator juga menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan kartu kredit adalah pihak yang akan menanggung kerugian dari kasus pemalsuan kartu kredit akibat ulah para peretas. Berita mengenai peretasan data kartu kredit itu terungkap setelah pada Januari diketahui terjadi pencurian informasi pribadi terhadap lebih dari 100 juta kartu kredit dan rekening warga Korsel.
Peristiwa pemalsuan kartu kredit ini merupakan kasus kejahatan finansial terbesar dari serangkaian penipuan terhadap perusahaan keuangan di Korea Selatan sejak 2011.