REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengusulkan kepada PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) persero menggunakan bio-oil sebagai campuran bahan bakar minyak solar kapal-kapalnya agar bisa menghemat biaya operasional.
"Dengan campuran antara solar dan bio-oil, harga BBM-nya akan lebih murah dibanding jika hanya solar, selisihnya bisa Rp 500 hingga Rp 1.000 per liter," kata Kepala BPPT Marzan A Iskandar seusai penandatanganan Nota Kesepahaman antara PT Pelni dan BPPT di Jakarta, Kamis (10/4).
Berbeda dengan bio-diesel yang proses pembuatannya cukup panjang dan sulit, bio-oil lebih mudah dan sederhana karena hanya merupakan minyak sawit mentah (CPO) yang dibersihkan.
"Bio-oil tak memerlukan pabrik seperti pembuatan bio-diesel. Pembuatannya agak mirip seperti membuat minyak curah. Jadi keuntungan lainnya kalau digunakan di kapal, tak ada lagi bau polusi solar, justru akan digantikan bau pisang goreng," katanya.
Dikatakan Marzan, BPPT telah mempraktikkan hasil riset ini di PLN dengan menggunakan campuran bio-oil 5-10 persen dalam solar. "Bahkan sudah diuji coba dengan perbandingan 50:50 dan mesin PLN tetap berjalan baik," katanya.
Menurut dia, untuk mesin kapal yang bergeraknya konstan, bio-oil akan tetap cocok. Berbeda dengan mobil yang sering melakukan akselerasi, hanya sesuai dengan campuran bio-diesel," katanya.
Ia mengatakan, penggunaan bio-oil juga akan menjaga stabilitas harga CPO karena "oversupply" CPO memberi peluang harga CPO Indonesia dipermainkan di pasar global.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pelni Syahril Japarin mengatakan, pihaknya meminta BPPT mengaudit penggunaan bahan bakar minyak kapal-kapal Pelni untuk mengurangi biaya energi yang telah mencapai Rp 1,4 triliun per tahun atau sekitar 60 persen dari total biaya operasional perusahaan.