REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi komitmen akan mengembangkan industri ponsel dalam negeri. Konsumen yang besar di dalam negeri mampu menjadi sebuah kekuatan. Indonesia memiliki 220 juta pelanggan telepon seluler. Namun sayangnya, industri ini justru dihantam oleh barang impor.
"Industri ini harus diberdayakan agar bisa berjalan di dalam negeri," katanya saat melakukan kunjungan ke Pelabuhan Indonesia (Pelindo) di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (7/4).
Lutfi mengatakan, beberapa hari lalu pihak Blackberry sudah menemuinya dalam membangun fasilitas di Indonesia. Pihak blackberry sudah melakukan pembicaraan serius dengan Foxfonn. Pembicaraan sudah sampai dalam tahap detail.
Blackberry mendatangi Indonesia sebagai bentuk survival bagi mereka. Sebab Indonesia menjadi pangsa pasar terbesar bagi blackberry. Bertahannya blackberry sebagai industri smartphone karena Indonesia yang menjadi konsumen besar baginya.
Dalam proses mengembangkan potensi industri ini, Lutfi akan melakukan pembicaraan dengan Menteri Perindustrian RI MS Hidayat. Pembicaraan terakhir dilakukan pada tahun lalu. Ke depannya Indonesia harus maju dalam industri ponsel dan bertindak sebagai eksportir.
Untuk itu perlu adanya komitmen yang kuat dalam menggarap bidang ini. Kasus seperti ponsel ilegal yang mencuat beberapa waktu belakangan jangan dijadikan alasan untuk mundur. Adanya ponsel ilegal merupakan sebuah kecurangan yang perlu ditindak tegas. Masuknya ponsel ilegal harus ditumpas secara bersama.
Sementara menunggu mengembangkan potensi industri ponsel dalam negeri, pemerintah memasukkan jenis smartphone mahal dalam daftar barang yang terkenal Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Harga smartphone di atas 5 juta berencana dikenakan pajak hingga 20 persen. Kebijakan ini dilakukan dalam upaya konsistensi menumbuhkan industri ponsel. Dengan adanya pajak diharapkan memberikan kesempatan menumbuhkan industri pon sel tersebut di dalam negeri.