Selasa 25 Mar 2014 19:07 WIB

Cina Desak AS Setop Memata-matai

Rep: MGROL23/ Red: Yudha Manggala P Putra
Huawei Technologies
Foto: REUTERS
Huawei Technologies

REPUBLIKA.CO.ID, CINA -- Cina mendesak Amerika Serikat untuk mengakhiri kegiatan mata-mata di negaranya. Desakan itu menanggapi laporan yang menyebut Badan Keamanan Nasional (NSA) selama ini telah menyadap perusahaan perangkat telekomunikasi di Cina, Huawei.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei,  seperti dilansir New York Times, mengatakan sangat prihatin dengan kabar tersebut dan meminta AS memberikan penjelasan mengenainya. "Kami selalu percaya bahwa teknologi komunikasi internet harus digunakan untuk  pembangunan sosial-ekonomi suatu negara dibanding dengan internet dan pengawasan," kata dia.

Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) sebelumnya dikabarkan telah mengintai Huawei dengan meretas ke dalam jaringan servernya dan juga menyadap aliran komunikasi para petinggi perusahaan tersebut.

Berdasarkan dokumen bocoran dari Edward Snowden, yang dikutip surat kabar The New York Times dan majalah Der Spiegel, operasi tersebut bernama sandi "Shotgiant" dan dilancarkan pada 2007.

Salah satu metode yang digunakan NSA dalam operasi intelijen tersebut adalah dengan membuat "pintu belakang" langsung ke jaringan telekomunikasi Huawei, dan bahkan mencuri sumber kodenya. Itu dilakukan agar NSA bisa memantau komputer dan jaringan melalui perangkat buatan Huawei, yang saat ini banyak digunakan di negara sasaran utama intelijen AS seperti Iran, Afghanistan, Pakistan, Kenya, dan Kuba.

"Banyak dari target kami berkomunikasi menggunakan produk Huawei, kami ingin memastikan kami tahu cara untuk memonitor produk-produk ini," demikian isi dokumen NSA yang dikutip oleh New York Times dan Der Spiegel.

Operasi "Shotgiant" juga disebut membidik pejabat Huawei sebagai sasaran mata-mata. NSA kabarnya melancarkan penyadapan itu dengan sukses dimana mereka memiliki akses ke sebagian besar email milik pegawai Huawei. Tujuannya adalah menyedliki kaitan para pejabat itu dengan tentara Cina, People's Liberation Army (PLA).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement