REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pendirian Sekretariat Asia Pacific Center for Ecohydrology di Cibinong Science Center, Bogor, Jawa Barat, mengukuhkan Indonesia sebagai pusat pengembangan ilmu ekohidrologi di kawasan Asia Pasifik.
"Apa yang kita perjuangkan tidak boleh berhenti sampai berdirinya gedung (Sekretariat APCE) saja. Tapi setelah ini apa yang akan dihasilkan dari sini itu yang terpenting," kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim saat meresmikan Gedung APCE di Cibinong Science Center di Bogor, Jawa Barat, seperti dilansir antara Selasa (25/3).
Dengan berdirinya Category II Center of UNESCO ini, ia berharap pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan dan penelitian terkait ekohidrologi pesat dilakukan sehingga mampu membuat para ilmuwan dan peneliti dunia berdatangan.
"Jangan sampai kita hanya berkutat di dalam saja sendiri. Gedung ini intinya sebagai media saja, tapi substansinya ada di kepala masing-masing peneliti, dan hasilnya harus dapat 'berbicara' hingga di tingkat internasional," ujar dia.
Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Iskandar Zulkarnaen mengatakan definisi dari ekohidrologi masih perlu diperkenalkan pada masyarakat. Meski ditingkat keilmuan sudah dijelaskan tapi di tingkat praktisi penjelasan masih perlu diberikan.
Berdasarkan pantauan kualitas air sejak 2008, ia mengatakan 70 hingga 75 persen sungai di Indonesia telah tercemar. Limbah rumah tangga, lebih spesifik berupa feses, menjadi limbah terbesar yang mencemari sungai sehingga bakteri Escherichia coli terdeteksi sangat tinggi.
"APCE harus bisa berperan dalam pelitian hingga mampu memberi solusi," ujar dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif APCE mengatakan pendirian Sekretariat APCE di Indonesia didukung oleh negara-negara inisiatif lain seperti Jepang, Korea Selatan, dan Polandia.
Saat ini Category II Center of UNESCO yang khusus mengembangkan ilmu pengetahuan terkait dengan perairan pesisir dipusatkan di Portugal, sedangkan pusat pengembangan ilmu dan penelitian air di perkotaan dipusatkan di Polandia.
APCE yang merupakan bagian UNESCO, dan saat ini berada di bawah koordinasi Kedeputian Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI. APCE diharap menjadi garda terdepan dalam memperdalam, mempertajam, dan mengembangkan konsep pengelolaan air berbasis ekohidrologi yang bermanfaat bagi masyarakat dan kehidupan di sekitarnya.