Ahad 09 Mar 2014 22:52 WIB

Perusahaan HTI Kemnagkan Sistem Deteksi Dini Kebakaran

Kebakaran hutan
Foto: blogspot
Kebakaran hutan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Riau Andalan Pulp and Paper mengembangkan sistem deteksi dini untuk mencegah kebakaran ("Fire Danger Rating System"/FDRS) di areal Hutan Tanaman Industri (HTI).

Head of Sustainability and Fire PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Inra Gunawan di Jakarta, Minggu, mengatakan, sistem FDRS merupakan kombinasi antara teknologi satelit, pemantauan melalui jaringan internet serta prosedur kesiapsiagaan Tim Reaksi Cepat Pencegahan dan Penangulangan Kebakaran RAPP termasuk dukungan elemen Masyarakat Peduli Api (MPA).

Menurut dia saat satelit memberikan sinyal dini mengenai adanya titik api (hot spot), pos komando langsung memberikan perintah kepada Tim Reaksi Cepat Pencegahan dan Penangulangan Kebakaran untuk mengecek lokasi kebakaran.

Menurut Inra, pengecekan lapangan merupakan prosedur wajib karena tidak selalu sinyal hotspot berarti ada kebakaran.

"Hot spot hanya indikasi bahwa di titik tersebut ada panas berlebih yang terpantau satelit. Jadi, tidak selalu disebabkan oleh kebakaran," jelas Inra.

Informasi terkini mengenai kondisi hotspot yang terdeteksi langsung direspon.

"Biasanya, dalam tempo 10 menit Tim Reaksi Cepat Pencegahan dan Penangulangan Kebakaran melaporkan situasi terkini kepada pos komando. Tim juga segera menanggulangi pemadaman api dan asap di lapangan," katanya.

Inra memastikan saat tingkat waspada bahaya kebakaran meningkat maka patroli diintensifkan, seluruh Tim Reaksi Cepat Pencegahan dan Penangulangan Kebakaran disiagakan 24 jam dan personel cadangan diaktifkan.

Sementara itu Presiden Direktur RAPP Kusnan Rahmin menyatakan, sejak awal pihaknya menerapkan kebijakan tanpa bakar (no burn policy) secara ketat dalam pengelolaan HTI.

Upaya mitigasi kebakaran dilakukan dengan menerapkan pola tanaman mosaik dalam pengembangan HTI.

Dengan pola tersebut, tak semua areal konsesi dikembangkan sebagai tanaman pokok berupa akasia.

Sebagian areal hutan dipertahankan dengan menerapkan kajian hutan bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value Forest/HCVF), sehingga ada sekat-sekat alami sebagai benteng pencegah kebakaran meluas.

"Kami sudah menerapkan kajian HCVF sejak tahun 2005 pada seluruh areal konsesi kami," ujar Kusnan.

Perusahaan itu menyiagakan 875 personel Tim Reaksi Cepat Pencegahan dan Penangulangan Kebakaran RAPP termasuk dukungan 400 orang Masyarakat Peduli Api (MPA) dari 10 estate.

Selain kesiapan personel, RAPP menyiagakan helikopter yang dilengkapi dengan bumby bucket untuk melakukan pengemboman air, 25 mobil patroli, 10 mobil pemadam kebakaran, 3 air boat, 24 speedboat, dan 230 unit pompa air untuk melakukan pemadaman.

Kusnan mengatakan pihaknya menginvestasikan sekitar 6 juta dolar AS (setara Rp65 miliar) untuk melengkapi peralatan mitigasi kebakaran serta membelanjakan lebih dari Rp2 miliar setiap tahun untuk biaya perawatan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement