REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) RI, Silmy Karim menampik pemberitaan yang diluncurkan media Taiwan, Senin (3/3) kemarin.
Di situ disebutkan, Pemerintah Cina menuntut uang tambahan dari Indonesia atas rencana ekspor rudal antikapal C705 produksi sendiri ke pasar luar negeri. Prototipe rudal C705 sejatinya adalah buatan Cina.
“Belum ada pembicaraan soal itu (rencana penjualan rudal C705 produksi sendiri ke luar negeri). Yang ada baru pembahasan tentang produksi misil untuk memenuhi kebutuhan kita (Indonesia) saja,” kata Silmy saat dikonfirmasi ROL, Selasa (4/4).
Media di Taiwan, Want China Times, sebelumnya menyebutkan Indonesia membeli 40 rudal antikapal C705 dari Cina. Hal ini diungkapkan dalam pertemuan antara para pejabat tinggi militer Cina dan Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Staf Umum Tentara Rakyat Cina Jenderal Fang Fenghui dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, di Beijing, akhir bulan lalu.
Want China Times menuliskan, pembelian misil tersebut awalnya direncanakan untuk melengkapi sejumlah kapal cepat rudal (KCR-40) milik TNI Angkatan Laut RI.
Rudal C705 sendiri dirancang dan diproduksi oleh perusahaan industri pertahanan yang berbasis di Beijing, Aerospace Science and Industry Corporation.
Akan tetapi, tulis laman Taiwan itu lagi, Cina ternyata menolak menyerahkan teknologi (ToT) C705 sepenuhnya ke Indonesia. Ini dikarenakan masih banyaknya negara lain yang mencari atau membeli senjata canggih tersebut dari negeri tirai bambu.
Beijing malah meminta biaya tambahan dari RI untuk mengamankan hak memproduksi rudal C705 sendiri. Namun, hal ini juga dibantah Silmy. Menurut dia, Cina menyerahkan sepenuhnya teknologi C705 kepada Indonesia.
“Jadi, tidak ada masalah sebenarnya. Saya malah jadi bertanya, media itu mengambil perkataan saya dari mana? Saya sendiri tidak ikut ke Beijing (menemani Panglima TNI Moeldoko),” jelas Silmy.