REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Mahasiswa Information and Business Institute (IBI) Darmajaya Lampung, Agus, berhasil menciptakan sistem pendeteksi dini kebakaran.
Menurut Agus, di Bandarlampung, Selasa (18/2), kebakaran sering kali terjadi di daerah ini, dan sangat sulit terdeteksi sejak dini. Kebakaran baru diketahui setelah api membesar, padahal musibah kebakaran akan cepat menjalar apabila tidak segera ditanggulangi secara cepat dan tepat.
Berangkat dari hal tersebut, dikembangkan sistem pendeteksi dini kebakaran hutan di daerah ini.
Sistem ini dirancang dengan penanggulangan khusus dan pengiriman informasi melalui pesan pendek (SMS) dan panggilan berbasis mikrokontroler, untuk menciptakan sistem keamanan khususnya bahaya kebakaran pada bangunan (gedung, pertokoan maupun rumah) yang sangat penting.
Hal ini karena tingkat kewaspadaan manusia yang tinggi sekalipun belum mampu menjaga keamanan 100 persen.
Sistem pengamanan yang baik sangat dibutuhkan untuk penanggulangan bahaya kebakaran.
Lebih jauh Agus memaparkan, perangkat keras yang digunakan dalam sistem ini terdiri dari mikrokontroler Atmega8 sebagai pusat kendali, rangkaian sensor MQ-2 sebagai pendeteksi asap, dan rangkaian flame sensor sebagai deteksi api, rangkaian TTL Rs 232, rangkaian relay dan sirine, serta modem wavecom sebagai pengirim SMS.
Jenis sensor yang digunakan pada alat ini adalah flame sensor sebagai deteksi api dan sensor MQ 2 sebagai deteksi asap, dan Wavecom sebagai pemberi informasi dengan SMS dan telepon ke pengguna (user).
Ketika sensor MQ-2 mendeteksi adanya asap, maka modem wavecom akan mengirimkan SMS ke pemilik rumah. "Dan jika flame sensor mendeteksi adanya api, maka modem wavecom akan melakukan panggilan telepon," ujarnya.
Dengan alat tersebut, menurut mahasiswa Jurusan Sistem Komputer ini, pendeteksian adanya kebakaran menjadi lebih mudah, sehingga dapat meminimalkan kerugian yang ditimbulkan musibah kebakaran.