REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Seorang anggota Forum Komunikasi Hijau (FKH) Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Radius Ardanias Hadariah menilai wilayah ini memerlukan laboratorium pemuliaan buah-buahan lokal untuk menyelamatkan keberadaan buah tersebut.
Dengan adanya laboratorium tersebut mempermudah melakukan perbanyakan bibit buah-buahan lokal, kata Radius Ardanias Hadariah di Banjarmasin, Minggu.
Menurut dia yang selama ini dikenal sebagai pemerhati buah-buahan lokal tersebut menyebutkan penyelamatan plasma nutfah berupa buah-buahan lokal harus dilakukan agar keberadaan buah lokal bisa bersaing dengan buah dari luar.
Ia juga menyarankan pemerintah untuk melakukan pelatihan para petani setempat bagaimana melakukan perkebunan buah-buahan secara produktif, yang hasilnya bisa kompetitif secara ekonomi.
Perbanyak tanaman lokal unggul melalui okulasi atau kultur jaringan perlu digiatkan dan dipasarkan secara luas.
Bila penyelamatan buah lokal tersebut tidak dilakukan maka tanaman lokal akan tergusur tanaman dari luar, karena pasar bibit tanaman buah yang ada di wilayah ini seakan dikuasai bibit buah dari Jawa, yang diperbanyak melalui okulasi dilakuakn secara masif di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Contohnya, bila mau cari bibit duren si Japang asli dari Bijih Martapura, sudah pasti tidak tersedia, yang ada justeru duren Petruk, Matahari, Sukun, atau varitas asal Thailand.
Selain itu, untuk bibit mangga lokal juga tidak tersedia, yang ada bibit dari Pulau Jawa juga.
"Hal ini terjadi karena pengusaha pembibitan dan balai benih pemerintah terkesan malas, hanya mau beli dari pembibit dari Pulau Jawa dan jual di sini." katanya.
Hal seperti ini seharusnya segera diatasi, jika tidak maka buah-buahan unggul lokal akan punah semua, karena bibit tidak tersedia, menanam dari biji agak lama akhirnya pekebunan buah setempat akan beralih ke bibit dari Pulau Jawa.
"Ayo, jangan malas mengurus perkebunan lokal mulai dari pemuliaan, perbanyakan bibit, dan memahami karakter dalam pemeliharaan dan termasuk pasarnya sebagai komoditi," katanya.
Buah lokal tersebut bukan saja perlu dilestarikan, tetapi perlu dikembangkan hingga bisa punya nilai ekonomi tinggi.
Pemerintah perlu juga membuat kebun percontohan buah-buahan lokal secara luas sehingga bisa digunakan untuk tujuan konservasi, rekreasi, edukasi dan penelitian lanjutan pengembangan buah lokal sebagai komoditi perdagangan.
"Ini mendesak sekali, jika tidak kita akan terhimpit, baik secara budaya (agroculture lokal), maupun secara ekonomi kerena harus impor" ucapnya.
Pemerintah bersama Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) harus membuat program ambisisius soal ini, jangan biasa-biasa saja, karena sangat potensial, sayang buah-buahan lokal unggul itu terkubur karena tidak dikembangkan, baik produksinya maupun jaringan distribusinya.
"Jangan menutup mata, jangan sampai terlalu terlambat melaksanakan hal seperti itu, agar tidak menyesali kecerobohan yang terlalu," ujar Radiuas Ardanias Hadariah.