REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri BUMN Dahlan Iskan mendukung penelitian "super kapasitor" buatan Indonesia ala peneliti Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Dukungan itu mendorong Dahlan Iskan untuk melakukan kunjungan ke Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Jumat, guna menemui ahli Super Kapasitor di universitas itu.
"Beberapa tahun sebelumnya, saya bertemu seorang ilmuwan luar negeri yang membahas tentang potensi energi alternatif pengganti BBM," kata Dahlan.
Menurut Dahlan Iskan yang merupakan teman lama Rektor WM Kuncoro Foe itu, tingginya harga BBM dan ketergantungan masyarakat Indonesia akan bahan bakar ini memerlukan bahan bakar alternatif yakni Super Kapasitor.
"Sebagai orang awam, saya kira itu akan dihasilkan oleh peneliti dari Teknik Elektro. Saya sudah bertanya ke mana-mana, ke Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, beberapa universitas di Surabaya, maupun di kota lainnya," katanya.
Namun, semuanya tidak mempunyai. "Setelah agak putus asa, saya nge-twitt dan malah mendapat banyak masukan. Salah satunya saya mendengar tentang Pak Suryadi yang sering meneliti di bidang electrochemical (elektrokimia)," katanya.
Suryadi Ismadji adalah Dekan Fakultas Teknik WM yang pernah mendapat Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari empat Kementerian pada tahun 2012.
"Pada dasarnya, penelitian kami memang gado-gado, dari segi teknik kimia ada banyak yang bisa diteliti mulai dari biofuel, sampai dengan super kapasitor," kata Suryadi.
Ia menjelaskan penelitian yang dilakukannya adalah super kapasitor dengan elektroda dari bahan baku karbon aktif yang diambil dari kulit ketela pohon.
"Asalkan diproduksi massal, maka super kapasitor akan menjadi alternatif energi yang mudah dan murah. Penyimpanan energi lebih cepat dan tahan lebih lama," katanya.
Menurut dia, karbon aktif mampu menyimpan lebih banyak energi dengan ukuran yang lebih kecil, cocok untuk perkembangan perangkat elektronik berukuran kecil dan bahkan sangat kecil (teknologi nano).
"Ini (inovasi) merupakan terobosan baru bahan penyusun elektroda kapasitor yang berasal dari bahan yang selama ini hanya menjadi sampah, yakni kulit ketela pohon," kata peneliti yang tahun 2013 menghasilkan 20 jurnal penelitian di bidang Teknik Kimia itu.
Ia menilai kandungan karbon yang tinggi memungkinkan kulit ketela pohon sebagai bahan dasar pembuatan EDLC (Electric Double Layer Capacitor), sebuah kapasitor super yang berukuran kecil, namun dengan kapasitas penyimpanan besar.
"Saat penelitian ini didaftarkan ke BIC, sudah kami sampaikan bahwa kami butuh partner industri untuk mengembangkan ini. Super kapasitor sangat bergantung pada elektroda yang digunakan, makin baik kualitasnya akan makin kuat daya tahannya," katanya.
Singkong adalah produk lokal Indonesia yang tidak terpikir oleh banyak orang kalau limbahnya bisa berguna. Kulit singkong juga bisa dikembangkan untuk menjadi graphene yang kemampuannya menahan energi bisa 10 kali lipat lebih kuat dari elektroda karbon aktif.
"Graphene adalah selapis kristal-kristal karbon 2-dimensi yang tersusun teratur seperti sarang lebah dan saat ini diteliti secara besar-besaran di Amerika sebagai alternatif media penyimpanan energi," katanya.
Setelah mendengar garis besar penjelasan dari Suryadi, Dahlan menyampaikan niatnya untuk mendukung sepenuhnya penelitian super kapasitor tersebut.
"Tinggal buat roadmap-nya, beserta prediksi kira-kira dalam berapa tahun penelitian ini bisa menghasilkan super kapasitor yang bagus. Lebih cepat lebih baik, karena kita ini negeri yang dijajah BBM, kayak demo dan lain-lain. Ini adalah harapan bangsa kita," tutur Dahlan.