REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), Hendrasto mengatakan, di Indonesia lima hingga 10 gunung api meletus secara bersama itu wajar. Beberapa gunung api aktif secara bersamaan itu biasa terjadi termasuk Gunung Kelud aktif bersamaan dengan Gunung Sinabung.
Kondisi Gunung Kelud saat ini, kata Hendrasto, belum mengalami tremor atau getaran yang terus-menerus. “Sekarang baru gempa vulkanik dangkal antara satu sampai tiga KM di bawah gunung,” katanya, Senin, (11/2).
Kubah lava, ujar Hendrasto, juga sudah mulai muncul. Asap-asap atau fumarol juga muncul. “Suhu air juga meningkat hingga 56,5 derajat celcius,” ujarnya.
Memang, kata Hendrasto, Gunung Kelud lagi sakit. Namun belum terlalu membahayakan, awan panas juga belum muncul, nanti awan panas muncul kalau sudah meletus.
Dalam status siaga, terang Hendrasto, bahayanya adanya gas-gas. Namun kalau Gunung Kelud, dalam radius 5 KM sudah tidak ada penduduknya, jadi memang sudah steril.
Kondisi ini, kata Hendrasto, berbeda dengan Gunung Sinabung yang penduduknya hingga 17 ribu dalam radius 5 KM. Gunung Sinabung ini sudah lama tidak meletus, jadi penduduk mengira gunung api tersebut sudah mati makanya banyak yang berani bermukim di sana.
“Orang yang pergi ke Gunung Kelud dalam radius 5 KM hanya petani di ladang, wisatawan, pemburu burung,. Kalau permukiman tidak ada,” ujar Hendrasto.
Saat ini, lanjut Hendrasto, belum ada tanda-tanda Gunung Kelud akan meletus. Masyarakat tidak perlu panik. Kalaupun meletus wilayah yang harus disterilkan radius 10 KM dari Gunung Kelud.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Kelud didominasi oleh gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam. Suhu air panas di Kawah Gunung Kelud menunjukkan peningkatan.
Daerah yang berpotensi terkena bahaya letusan Gunung Kelud, kata Sutopo, pada Kawasan Rawan Bencana III (KRB III). Kawasan ini terancam awan panas, gas beracun, lahar, aliran lava.
Sedangkan pada kawasan yang sangat berpotensi tertimpa lontaran batu pijar dan hujan abu lebat, terang Sutopo, berada dalam radius 2 KM dari pusat erupsi. Pada radius 2 KM tidak ada permukiman.
Sedangkan pada Kawasan Rawan Bencana II (KRB II), kata Sutopo, merupakan kawasan yang berpotensi terkena awan panas, aliran lava, lahar, dan hujan abu lebat dalam radius 5 KM dari pusat erupsi. Masyarakat yang berada dalam KRB II harus waspada dan memperhatikan perkembangan Gunung Kelud yang dikeluarkan oleh PVMBG.