REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia korporasi sudah banyak yang berpindah dari Blackberry ke iOS dan Android.
Demi merebut pangsa pasar tersebut, Samsung menciptakan Knox, perangkat lunak keamanan yang dirancang untuk membentengi OS Google dan membuatnya aman untuk dunia bisnis. Namun, Knox punya kelemahan yang dapat menjadikan data pengguna dalam risiko, demikian dilansir gsmarena.
Menurut peneliti keamanan siber di Ben Gurion University, email dan komunikasi data pada perangkat Samsung adalah salah satu data yang rentan dieksploitasi. Hacker mampu merekam dan "mudah menafsirkan" data yang seharusnya dilindungi.
Bagian terburuk dari kelemahan perangkat lunak tersebut adalah penyerang mampu memasukkan kode yang berbahaya melalui titik lemah tersebut sehingga bisa membahayakan seluruh sistem.
Menanggapi hal ini, Samsung membantah bahwa kelemahan tersebut merupakan sesuatu yang berbahaya dan berpendapat bahwa handset yang diuji tidak memiliki semua fitur Knox.
Samsung Galaxy S4 sedang dipertimbangkan untuk digunakan oleh staf Departemen Pertahanan AS, termasuk penggunaan internal di Pentagon.
Jika handset dianggap tidak aman, tentunya pemerintah AS tidak akan mempertimbangkan untuk menggunakan smartphone tersebut, tulis gsmarena.