Ahad 22 Dec 2013 11:59 WIB

Ingin Sukses, Blackberry Diminta Pindah ke Low-End

Rep: Niken Paramita Wulandari/ Red: Mansyur Faqih
Blackberry
Foto: guardian
Blackberry

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Wedge Partners, Brian Blair menulis surat terbuka untuk petinggi Blackberry John Chen. Dalam suratnya Blair menuliskan, Blackberry harus melupakan pasar smartphone high-end dan beralih membuat ponsel low-end. 

Analisis ini harus dilakukan jika Blackberry ingin terus selamat di industri ini. Caranya, perusahaan asal Kanada tersebut bisa memanfaatkan keyboard QWERTY fisik sebagai pembedanya dengan ponsel pintar lainnya.  

Memperkuat analisisnya yang dilansir dari Phone Arena, Ahad (22/12), Blair juga menunjukkan data pertumbuhan pasar low end. Ia menunjukkan bagaimana Nokia bermain di segmen entry level dengan Lumia 520 dan Lumia 521 tahun ini. Kemudian, Lumia 520 menjadi penjualan Windows Phone terbaik tahun ini. 

Blair yakin, Blackberry bisa membukukan penjualan hingga 100 juta unit jika mengikuti sarannya. Blair ingin Blackberry fokus pada produksinya untuk handset low-end dan memasarkannya di negara berkembang. Termasuk berhenti memproduksi perangkat hi-end bahkan mid-end. 

Dalam surat terbukanya, analisis ini juga menulis Blackberry harus menyerah untuk bersaing dalam hal perangkat lunak dengan tiga raksasa teknologi, Apple (iOS),  Google (Android) dan Microsoft (Windows Phone). Karena tiga raksasa ini rela menghabiskan banyak uang untuk mengembangkan sistem operasinya. 

Lain halnya dengan Blackberry yang membayar pengembang untuk menghasilkan aplikasi di Blackberry World. Ini menjadi tanda Blackberry sudah waktunya untuk berubah. 

Perusahaan juga disarankan menawarkan model Blackberry 10 dengan harga 99 dolar AS dan 199 dolar AS untuk harga tanpa subsidi. Tujuannya, untuk meningkatkan margin kotor Blackberry sebesar 25 persen.

"Blackberry 10 di Porsche Desain yang dirancang pada perangkat Q5 bisa menjadi terobosan Anda di 2014," tulis Blair. 

Lalu ke mana seharusnya Blackberry harusnya memasarkannya? Jika ingin sukses Blackberry harus memasarkannya di negara berkembang dengan penetrasi smartphone yang masih kecil. Dalam hal ini Blair menunjuk daerah di Amerika Latin, India dan Asia Tenggara. 

Blackberry bisa menjad jembatan bagi pengguna ponsel fitur (feature phone) yang ingin beralih ke smartphone. Terutama pengguna yang ingin merasakan berbagai aplikasi seperti Twitter, Instagram, Snapchat,  Netflix dan lainnya. 

"Anda tidak punya pilihan selain pindah ke pasar yang lebih besar dengan kemungkinan sukses ada di pihak Anda. Ingat, ada banyak contoh yang sukses bermain di segmen ini," tambahnya. 

Di baris akhir suratnya, Blair menutup dengan meminta Blackberry fokus pada pengembangan aplikasi Blackberry Messager (BBM) di ponsel entry level. Pertanyaannya, apakah Blackberry siap melakukan perubahan ini tanpa merasa gagal? 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement