REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Dr Hendig Winarno mengatakan kedelai hasil pengembangan nuklir yang dilakukan pihaknya lebih aman dibandingkan kedelai transgenik.
"Melalui teknik mutasi radiasi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Hendig di Jakarta, Senin.
Kedelai hasil mutasi radiasi tidak perlu dikhawatirkan karena secara genetik setelah dilakukan radiasi tidak ada yang berubah. Selain itu tidak ada reside genetik.
Berbeda dengan kedelai transgenik di mana untuk memperbaiki gen kedelai, maka disisipi gen dari makhluk lain.
"Misalnya kedelai di Amerika Serikat, disisipi gen ikan yang berasal dari Amerika Selatan. Untuk ras tertentu, bisa menjadi penyebab alergi," jelas dia.
Bahkan hingga saat ini, lanjut dia, belum ada izin untuk menanam benih kedelai transgenik.
Dia menjelaskan radiasi pada kedelai hanya dilakukan pada generasi pertama. Kemudian dilakukan seleksi dan pemurnian. Pada generasi ke empat dan ke lima dilakukan pengujian kualitas. Keunggulan varietasnya akan diketahui setelah melalui pengujian hingga generasi ke sepuluh sampai menjadi benih.
BATAN meluncurkan varietas kedelai unggul Gamasugen 1 dan 2 pada Senin. Kedelai itu memiliki beberapa keunggulan seperti umur panen singkat, produksi tinggi, tahan hama, serta tahan serangan binatang pengerat.
BATAN mengharapkan dua varietas unggul kedelai super genjah dapat berkontribusi dalam meningkatkan produksi kedelai nasional untuk swasembada kedelai pada 2014.