REPUBLIKA.CO.ID, XICHANG -- Cina meluncurkan misi penjelajah Bulan pertamanya sebagai sebuah langkah kunci atas ambisi program luar angkasa negara-negara adidaya di Asia.
Misi yang diberi nama Chang'e-3 ini diluncurkan dari Xichang pada Ahad (01/12) pukul 01:30 waktu setempat.
Roket ini berisi modul pendaratan dan robot beroda enam yang disebut Yutu atau Kelinci Giok.
Misi ini direncanakan akan mendarat di Bulan pada pertengahan Desember mendatang.
Televisi milik negara menyiarkan langsung peluncuran roket yang dikembangkan Cina itu.
Ini akan menjadi misi robot ketiga yang akan mendarat di permukaan Bulan, tetapi robot ini membawa muatan yang lebih canggih, termasuk radar penembus tanah yang akan mengumpulkan berbagai data tentang tanah dan lapisannya.
Robot Kelinci Giok dengan berat 120kg bisa memanjat lereng dengan kemiringan hingga 30 derajat dan bergerak dengan kecepatan 200 meter per jam, demikian menurut desainernya Shanghai Aerospace Systems Engineering Research Institute.
Nama robot - yang dipilih dari jajak pendapat terhadap 3,4 juta responden - berasal dari legenda Cina tentang kelinci yang hidup sebagai binatang peliharaan Dewi Bulan Chang'e.
Pekan lalu, Prof Ouyang Ziyuan mengatakan kepada BBC bahwa misi ini akan melakukan uji coba terhadap teknologi dan juga ingin mengungkap fakta ilmiah.
"Dipandang dari segi talenta, Cina membutuhkan tim intelektual sendiri yang bisa menjelajahi Bulan dan tata surya- ini yang juga menjadi tujuan utama kita."
Bulan Juni 2013, negara ini berhasil mengirimkan tiga astronotnya ke orbit selama 15 hari, antara lain untuk melakukan percobaan ruang angkasa yang penting dalam upaya membangun stasiun ruang angkasa pada tahun 2020.
Teknologi ruang angkasa merupakan salah satu prioritas bagi pemerintahan Presiden Xi Jinping, yang menyerukan Cina menjadi salah satu negara adidaya di ruang angkasa.
Selain Cina, India baru-baru ini juga telah memulai misi pesawat luar angkasa menuju Planet Mars.