REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah penelitian di Inggris yang dilakukan untuk menggali korelasi antara kekayaan dan kebahagiaan seseorang, telah mengungkapkan fakta menarik.
Studi yang dilakukan sejumlah peneliti dari Universitas Warwick London itu mengungkap kebahagiaan masyarakat di negara-negara berkembang meningkat seiring bertambahnya kekayaan mereka.
Hanya saja, kekayaan yang berlebihan yang dimiliki masyarakat di negara-negara maju malah membuat mereka stres dan cemas. Riset tersebut juga mengidentifikasi bahwa ‘titik kebahagiaan’ seseorang berada pada tingkat pendapatan sekitar 22.100 poundsterling atau setara 36 ribu dolar AS per tahun.
Lebih dari itu, orang-orang akan meningkatkan lagi harapan mereka untuk meraih standardisasi hidup yang lebih baik. "Namun, ketika harapan tersebut tidak tercapai, mereka malah menjadi jenuh dan kecewa sekalipun memiliki harta yang berlimpah-limpah," tulis laporan tersebut seperti dilansir World Bulletin, Kamis (28/11).
Dr Eugenio Proto, salah satu akademisi yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan pendapatan yang terlalu tinggi membuat orang-orang semakin menginginkan lebih banyak hal lagi dalam hidup mereka. Sebut saja impian untuk membangun rumah yang lebih bagus atau pun memiliki barang-barang untuk dikonsumsi.
"Tidak sampai di situ, keinginan mereka itu terus meningkat hingga jauh dari realistis. Hal-hal semacam inilah yang justru menggerogoti tingkat kepuasan hidup mereka," katanya kepada The Independent.
Proto juga menyebutkan kesetaraan kekayaan memainkan peranan penting dalam mewujudkan kebahagiaan masyarakat di suatu negara. Beberapa contoh negara yang memenuhi syarat ini adalah Denmark, Swedia, dan Finlandia.
"Kesenjangan kekayaan di masyarakat cenderung membawa orang-orang ke dalam persaingan tidak realistis satu sama lain," ujar Proto.