REPUBLIKA.CO.ID, SHENZEN, CINA -- Huawei, perusahaan penyedia solusi teknologi komunikasi asal Cina, mengembangkan teknologi 5G, teknologi transfer data untuk "mobile" yang diklaim memiliki potensi seratusan kali lebih cepat dari jaringan 4G saat ini.
"Di masa depan 4G tak akan bisa lagi menangani perkembangan komunikasi global yang semakin cepat," kata Vice President, Head of International Media Affairs Huawei Technology co, Ltd, Scott Sykes di Shenzhen, Cina, Jumat (22/11).
Jaringan 5G ini, ujar Scott Sykes, mampu mentransfer data dengan kecepatan hingga 10 GB per detik, bandingkan dengan teknologi 4G yang hanya dapat menyediakan kecepatan 50 MB per detik.
Namun generasi kelima jaringan "mobile" ini diperkirakan baru akan meluncur pada 2020, karena masih banyak riset yang harus dilakukan untuk mewujudkan solusi 5G ini, ujar Sykes.
Untuk riset seputar 5G ini, menurut dia, Huawei telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi informasi dan komunikasi lainnya di dunia, baik di Cina maupun di Eropa.
Pada teknologi 2G dan 3G, digunakan Internet Protocol (IP) di satu sisi dan WLAN (Wireless Local Area Network) di sisi lainnya, sedangkan 4G menggabungkan jaringan seluler seperti GSM dan 3G, WLAN dan Bluetooth.
Ia mengatakan, setiap tahun Huawei mengalokasikan rata-rata 10 persen dari investasinya untuk penelitian dan pengembangan, dan saat ini 45 persen dari pekerjanya, yakni sebanyak 70.000 dari 150.000 pekerja, bekerja dalam bidang riset.
"Setiap inovasi Huawei berasal dari hasil interaksi dengan kostumer terkait kebutuhan mereka dan permintaan pasar. Pada 2011 Kami meningkatkan investasi riset menjadi 30,09 miliar Yuan (1 Yuan setara Rp1.900), yang merupakan 13,7 persen dari total penjualan pada tahun itu," kata Sykes.
Pada 31 Desember 2012, lanjut dia, Huawei telah memiliki 30.240 paten di seluruh dunia dari yang didaftarkan total 41.948 paten di Cina dan 14.494 paten di luar Cina.