REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika belum mendapatkan kejelasan informasi terkait peretasan situs resmi The Reserve Bank of Australia (RBA) dan Australian Federal Police (AFP) yang diduga dilakukan kelompok Anonymous Indonesia.
"Sejauh ini kami belum mendapatkan fakta-fakta seperti itu. Hanya kabar-kabar saja," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, selepas rapat tertutup dengan sejumlah jajaran direksi operator telekomunikasi di Jakarta, Kamis.
Menkominfo mengatakan kementeriannya juga belum mendapatkan kejelasan informasi terkait peretasan sejumlah situs Internet Indonesia seperti situs Ombudsman RI, situs Angkasa Pura, dan situs Garuda Indonesia oleh kelompok yang menamakan diri mereka Anonymous Australia.
"Peretas ini sesuatu yang sulit diklaim atau dideteksi kecuali mereka meninggalkan jejak untuk diketahui," kata Tifatul.
Kegiatan peretasan yang datang dari dalam negeri, menurut Tifatul, melanggar Undang-undang No 8 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) selain juga melanggar hubungan internasional dalam ketentuan Konvensi Ruang Siber (convention on cyberspace).
Dugaan serangan kelompok yang menyebut diri mereka Anonymous Indonesia terhadap RBA dan AFP terjadi menyusul penyadapan sejumlah pejabat publik Indonesia oleh Australia dan Amerika Serikat.
Radio Australia melaporkan peretas yang mengaku anggota kelompok Anonymous Indonesia menyatakan bertanggung jawab atas serangan cyber terhadap website Kepolisian Federal Australia (AFP), dan website Bank Sentral Australia (RBA).
"ABC mencoba mengakses website AFP, www.afp.gov.au, Kamis (21/11/2013) Pukul 12:00 siang waktu Melbourne, namun tidak bisa terbuka. Tapi website RBA di www.rba.gov.au tampaknya tidak mengalami masalah," tulis Radio Australia di situs Internet mereka.
Kepolisian Federal Australia maupun Bank Sentral Australia, seperti disebut dalam laporan Radio Australia, menyatakan situs Internet mereka memang mengalami serangan pada Rabu (20/11/) malam.
Tapi, kedua institusi Australia itu menjamin tidak ada informasi sensitif yang berhasil diperoleh oleh para peretas.