REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Indonesia sudah siap untuk memanfaatkan energi nuklir bila dilihat dari kemampuan sumber daya manusia serta kesediaan sumber daya alam.
Sayangnya, pemanfaatan sumber energi yang cukup efektif tersebut, hingga kini belum bisa diterima masyarakat secara luas, karena adanya kekhawatiran dan berbagai isu negatif tentang nuklir.
"Saya sangat berharap masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan isu bahwa nuklir berbahaya," kata Kepala Pusat Reaktor Serbaguna Badan Tenaga Nuklir Nasional Alim Tarigan di
Pusat Reaktor Serbaguna G.A Swabessy Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong Tangerang Selatan, Ahad (15/11).
Tarigan mengungkap energi nuklir tidak berbahaya seperti yang dibayangkan. Untuk kasus reaktor nuklir di Jepang, kerusakannya bukan disebabkan oleh keberadaan reaktor nuklir tersebut, namun akibat tsunami.
Apalagi, katanya, seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, keamanan penggunaan tenaga nuklir, tentunya akan semakin dapat lebih ditingkatkan.
Terkait kondisi Reaktor serbaguna yang diresmikan pada Tahun 1987 oleh Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto, hingga kini masih cukup baik.
"Reaktor Serbaguna ini sudah berusia 26 tahun, dengan pengelolaan dan perawatan yang kami lakukan akan mampu beroperasi dengan baik, bahkan hingga 20 tahun ke depan," katanya.
Menurut Tarigan, Reaktor Serbaguna ini dibangun dengan tujuan untuk penelitian, tes material dan produk radioisotop. Tarigan juga menjelaskan perbandingan sumber energi nuklir yakni uranium, adalah 1 gram uranium setara dengan 2 ton batu bara.
"Hal demikian tentunya memberikan peluang yang cukup besar, dalam mengatasi krisis energi yang kerap melanda provinsi yang kaya akan batu bara," kata dia.