REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta menyayangkan masih banyak yang tidak menghiraukan peta-peta prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Kita sayangkan peta-peta iklim, hujan dari BMKG yang sudah disebarluaskan tidak dihiraukan, setelah bencana datang baru semua sibuk," kata Gusti di Jakarta, Senin (11/11).
BMKG selama ini rutin mengeluarkan laporan mengenai situasi cuaca dan prediksi iklim yang dikirimkan ke instansi-instansi terkait seperti Kementerian Pertanian dan pelabuhan.
Berdasarkan teknologi yang dimiliki, BMKG mampu pemprakirakan awal musim hujan maupun musim kemarau, sehingga petani bisa bersiap-siap untuk mulai menanam memasuki musim hujan.
"Saya sudah meminta BMKG untuk menginformasikan kepada masyarakat agar bersiap-siap," tambah Gusti.
Misalnya, jika memasuki musim hujan, dengan adanya prakiraan BMKG, otoritas yang berwenang bisa mengingatkan warga terutama di kawasan rawan banjir untuk waspada.
Perubahan iklim yang terjadi saat ini menyebabkan iklim ekstrim, sehingga kadang terjadi hujan pada musim kemarau atau disebut dengan kemarau basah.
BMKG telah membangun suatu sistim peringatan dini iklim (climate early warning system/CEWS) yang tahun ini mulai beroperasi. Fokus kegiatan CEWS adalah monitoring dan prediksi kekeringan di wilayah Indonesia, khususnya di daerah sentra pangan.