REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) diminta untuk mengembangkan bibit padi tahan kering guna menjaga ketahanan pangan menghadapi perubahan iklim.
"Tanpa dipengaruhi iklim saja padi kita tidak cukup apalagi kalau terjadi iklim ekstrim," kata Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta di Jakarta, Senin.
Hal itu disampaikan Gusti dalam konferensi pers terkait APEC Climate Symposium 2013 yang digelar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai tuan rumah. "Selain bibit padi kita juga akan coba kembangkan bibit-bibit lain yang tahan kering, ini sebagai antisipasi," tambah Gusti.
Iklim ekstrim diperkirakan terjadi akibat dampak dari perubahan iklim negatif sehingga dampak sangat luas dari fenomena ini adalah kekeringan yang terjadi di sebagian besar belahan dunia termasuk Indonesia.
Program ketahanan pangan nasional merupakan kegiatan yang akan terkena dampak langsung dari fenomena kekeringan.
Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional, BMKG telah membangun suatu sistem peringatan dini iklim (climate early warning system/CEWS) yang tahun ini mulai beroperasi.
Fokus kegiatan CEWS adalah monitoring dan prediksi kekeringan di wilayah Indonesia khususnya di daerah sentra pangan. "Kita minta BMKG menginformasikan kepada masyarakat mengenai prediksi iklim agar bersiap-siap," tambah Gusti.
Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, dalam mendukung program ketahanan pangan, BMKG melakukan suatu aktivitas membantu petani melalui Sekolah Lapang Iklim.
"Di Sekolah Lapang Iklim, para petani dan kita duduk bersama dibantu penyuluh pertanian menjelaskan bagaimana mengukur parameter-parameter iklim dan jenis-jenis tanaman yang cocok," kata Andi.